🧩 Berkaitan Dengan Masyarakat Desa Atau Pertanian Tts

KunciJawaban TTS Pintar 2022 Level 171, 172, 173, 174, 175, 176, 177, 178, 179, 180 Abstract Lahirnya Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 tentang Desa membuat kebijakan tentang desa dalam memberi pelayanan, peningkatan peran serta dan pemberdayaan masyarakat desa yang ditujukan bagi kesejahteraan masyarakat. Lahirnya otonomi daerah serta dalam era globalisasi, maka pemerintah daerah dituntut memberikan pelayanan yang lebih prima serta memberdayakan masyarakat sehingga masyarakat ikut terlibat dalam pembangunan untuk kemajuan daerahnya, karena masyarakatlah yang lebih tahu apa yang mereka butuhkan serta pembangunan yang dilakukan akan lebih efektif dan efisien, dan dengan sendirinya masyarakat akan mempunyai rasa memiliki dan tanggung jawab. Penelitian dengan topik Peranan Pemerintah Desa Dalam Pemberdayaan Masyarakat Di Bidang Pertanian, bertujuan untuk Untuk mengetahui dan menganalisis peranan Pemerintah desa dalam memberdayakan masyarakat di bidang pertanian serta mengetahui faktor-faktor yang mendorong dan menghambat pemerintah desa dalam memberdayakan masyarakat di Desa Tumaratas Kecamatan Langowan Barat Kabupaten Minahasa. Metode penelitian yang digunakan adalah pendekatan kualitatif yang menekankan unsur manusia sebagai instrumen penelitian. Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan,maka penulis dapat menarik kesimpulan bahwa peranan pemerintah desa dalam pemberdayaan masyarakat dibidang pertanian dapat dilihat dari beberapa indikator, yakni Peranan pemerintah desa dalam pembinaan. Pembinaan kehidupan masyarakat desa dilakukan oleh kepala desa dengan menggunakan konsep kesadaran dan kemauan dari masyarakat sendiri. Peranan pemerintah desa dalam memberikan pelayanan dan pengembangan kepada masyarakat seperti dalam kegiatan disektor pertanian maka kontribusi yang sangat besar dalam bidang pertanian adalah aktivitas USAha tani. Berdasarkan hasil wawancara dilapangan menunjukkan bahwa pemerintah sangat berperan dalam memberikan pemberdayaan kepada masyarakat khususnya dibidang Kunci Pemerintah Desa, Pemberdayaan MasyarakatPENDAHULUANPelaksanaan otonomi daerah yang telah dimulai sejak 2001 mengandung konsekuensi yang cukup “menantang” bagi daerah. Di satu sisi, kebebasan berkreasi membangun daerah 1 Merupakan Skripsi Penulis 2 Mahasiswa Jurusan Ilmu Pemerintahan FISIP UNSRAT Manadobenar - benar terbuka lebar bagi daerah. Namun demikian, di sisi yang lain telah menghadang setumpuk masalah yang harus diselesaikan. Masalah yang sangat mendasar adalah Perubahan pola pengelolaan daerah dari sentralistik menjadi desentralisasi, misalnya sumber dana untuk membiayai pembangunan, sumber daya manusia sebagai aparat pelaksana seluruh aktivitas pembangunan, dan masih banyak yang lain. Pembangunan nasional dan daerah merupakan bagian yang tidak dapat dipisahkan dari kegiatan pembangunan desa. Desa merupakan basis kekuatan sosial ekonomi dan politik yang perlu mendapat perhatian serius dari pemerintah. Perencanaan pembangunan selama ini menjadikan masyarakat desa sebagai objek pembangunan bukan sebagai subjek pembangunan. Lahirnya Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 tentang Desa membuat kebijakan tentang desa dalam memberi pelayanan, peningkatan peran serta dan pemberdayaan masyarakat desa yang ditujukan bagi kesejahteraan masyarakat. Konsep yang sering dimunculkan dalam proses pemberdayaan adalah konsep kemandirian dimana program-program pembangunan dirancang secara sistematis agar individu maupun masyarakat menjadi subjek dari pembangunan. Kegagalan berbagai program pembangunan perdesaan di masa lalu adalah disebabkan antara lain karena penyusunan, pelaksanaan dan evaluasi program-program pembangunan yang tidak melibatkan masyarakat. Proses pembangunan lebih mengedepankan paradigma politik sentralistis dan dominannya peranan negara pada arus utama kehidupan bermasyarakat. Suatu pembangunan akan tepat mengenai sasaran, terlaksana dengan baik dan dimanfaatkan hasilnya apabila pembangunan yang dilakukan tersebut benar-benar memenuhi kebutuhan masyarakat. Untuk memungkinkan hal itu terjadi, umumnya pembangunan perdesaan, mutlak diperlukan pemberdayaan masyarakat desa mulai dari keikutsertaan dalam perencanaan sampai pada hasil akhir dari pembangunan tersebut. Pembangunan wilayah pedesaan tidak terlepas dari peran serta dari seluruh masyarakat diwilayah tersebut, sehingga kinerja seorang kepala desa sebagai kepala pemerintahan desa harus dapat menjalankan tugas pokok memimpin dan mengkoordinasikan pemerintah desa dalam melaksanakan sebagian urusan rumah tangga desa, melakukan pembinaan dan pembangunan masyarakat, dan membina perekonomian desa. Namun dalam Kenyataannya menunjukkan bahwa penilaian kinerja kepala desa oleh masyarakat dalam memberikan pelayanan serba lamban dan berbelit-belit serta formalitas. Inilah yang menarik dari uraian di atas, bahwa pemberdayaan untuk menanggulangi kemiskinan dan mensejahterahkan masyarakat adalah hal yang menarik dimana berbagai program penanggulangan kemiskinan terutama di bidang pertanian di masyarakat belum dapat mengatasi persoalan-persoalan yang ada. Sebagaimana yang terjadi di desa Tumaratas bahwa ada banyak program-program pemerintah di bidang pertanian, masih belum dapat mengatasi banyaknya persoalan. Karena itu konsep pemberdayaan masyarakat di bidang pertanian yang akan membuat masyarakat petani dapat mandiri dan berdaya mengatasi kesulitan-kesulitan ekonominya. Desa Tumaratas sebagai wilayah yang memiliki potensi pertanian yang tinggi, kemudian mata pencaharian masyarakat sebagian besarnya adalah petani. Berbagai program pemberdayaan masyarakat di bidang pertanian selalu dilakukan oleh pemerintah seperti pembentukan kelompok tani, pemberian modal USAha, bantuan bibit pertanian, penyuluhan pertanian, dan lain sebagainya. Permasalahannya, banyak bantuan yang diberikan tidak terkelola dengan baik, malahan ada bantuan yang menyimpang, misalnya dana yang diberikan tidak digunakan sebagaimana mestinya. Kemudian sebagian masyarakat tidak menerima bantuan, tidak diperhatikan. Padahal pentingnya sektor pertanian sebagai penyangga bagi pemenuhan kebutuhan masyarakat, dan mengingat semakin terus bertambahnya kebutuhan akan pangan yang disebabkan oleh meningkatnya jumlah penduduk di desa Tumaratas yang menjadi sasaran penelitian, maka dalam upaya menanggulangi kemiskinan penting kiranya membicarakan cara efektif dalam memberdayakan masyarakat petani. Pemberdayaan masyarakat yang perlu dilakukan dalam menyikapi kemiskinan ini adalah dengan mendorong masyarakat untuk menyadari bahwa sektor pertanian adalah sektor kebutuhan yang paling vital bagi masyarakat Sulut. Kian hari jumlah masyarakat yang masih memilih bertani semakin kecil. Masyarakat saat ini lebih tertarik untuk bekerja sebagai karyawan disebuah Perusahaan dan di instansi-instansi pemerintah serta swasta lainnya. Sektor pertanian dianggap tidak menjanjikan lagi. Maka dalam proses pemberdayaan ini diperlukan sinergi kelompok-kelompok seperti sekolah menengah dan sekolah tinggi pertanian, Lembaga Swadaya Masyarakat, Koperasi Unit Desa dan Pemerintah melalui Departemen Pertanian. Lembaga-lembaga ini yang nota bene mempunyai banyak pengetahuan dan skill dibidang pertanian dapat memberikan penyuluhan, pelatihan dan pendampingan kepada masyarakat tentang pertanian padat karya. Sedang Koperasi Unit Desa dapat menjadi penyalur bagi bahan, alat dan hasil-hasil pertanian padat karya tersebut. Perlu dicatat bahwa paradigma partnership adalah hal mendasar yang paling utama dalam melakukan pemberdayaan masyarakat petani. Tanpa anggapan bahwa semua sektor adalah mitra bagi psetani, pemberdayaan ini tak akan berhasil dengan baik. karena itu pemberdayaan merupakan hal yang baru dalam membangunan masyarakat terutama di bidang pertanian. Dan mencari tahu bagaimana pertanian sebagai mata pencaharian utama dari masyarakat Desa Tumaratas, dapat berkembang dengan baik. Kemudian melihat peran pemerintah desa sebagai pihak yang paling bertanggung jawab untuk memberdayakan masyarakat desa. Oleh karena itu, Berdasarkan latar belakang pemikiran diatas maka dalam penelitian ini penulis mengangkat beberapa permasalahan yaituBagaimana peranan pemerintah desa dalam memberdayakan masyarakat di bidang pertanian serta Faktor-faktor apa yang mendorong dan menghambat Pemerintah desa dalam memberdayakan masyarakat di Desa Tumaratas Kecamatan Langowan Barat Kabupaten Minahasa ?METODOLOGI PENELITIAN Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian kualitatif. Sesuai dengan permasalahan yang dikemukakan maka fokus penelitian ditekankan pada Fokus penelitian adalah mendeskripsikian dan menganalisis peranan pemerintah desa dalam memberdayakan masyarakat di era otonomi daerah ditinjau dari pembinaan terhadap masyarakat, pelayanan pada masyarakat dan pengembangan pada masyarakat serta faktor pendukung dan penghambat yang muncul dalam memberdayakan masyarakat di Desa Tumaratas Kecamatan Langowan Barat Kabupaten Minahasa. Teknik pengumpulan dan pengolahan data dalam penelitian ini dapat dilakukan dalam berbagai bentuk yaitu melalui Observasi/pengamatan, dan wawancara. Dalam penelitian ini pihak yang dijadikan informan adalah yang dianggap mempunyai informasi key-informan yang dibutuhkan di wilayah penelitian. Sedangkan teknik analisis data yaitu data yang telah terkumpul dari hasil wawancara dan studi kepustakaan atau dokumentasi akan dianalisis dan ditafsirkan untuk mengetahui maksud serta maknanya, kemudian dihubungkan dengan masalah penelitian. Data yang terkumpul disajikan dalam bentuk narasi dan kutipan langsung hasil DAN PEMBAHASANA. Visi Dan Misi Desa Tumaratas VISI “MEWUJUDKAN DESA TUMARATAS MENJADI DESA MANDIRI MELALUI BIDANG PERTANIAN “MISI - Meningkatkan USAha pertanian dengan mengundang pihak yang berkompeten dalam hal pertanian atau Pemerintahan Kabupaten melalui dinas pertanian - Meningkatkan dan mengelola Pendapatan Asli Desa untuk kesejahteraan rakyat - Mewujudkan Pemerintahan yang baik dan bersih serta memberikan pelayanan yang maksimal kepada masyarakatB. Peranan Pemerintah Desa Dalam Pemberdayaan Masyarakat Di Bidang Pertanian Di Desa Tumaratas Berdasarkan hasil penelitian dapat dideskripsikan tentang peranan pemerintah desa dalam memberdayakan masyarakat di desa Tumaratas bidang pertanian dapat dijabarkan sebagai berikut ; 1. Pembinaan terhadap Masyarakat Pembinaan merupakan salah satu unsur yang sangat penting dalam proses pemberdayaan masyarakat, baik itu pembinaan bagi perangkat desa maupun bagi masyarakatnya. Tujuannya adalah agar perangkat desa dan warga masyarakat tahu dan mengerti apa yang harus dikerjakan serta timbul kemauan untuk ikut aktif dalam setiap program pemberdayaan masyarakat. Aktivitas pembinaan kehidupan masyarakat dilakukan oleh kepala desa melalui nilai-nilai kearifan lokal dan modal sosial yang dari dahulu memang dianut oleh warga desa yakni semangat gotong royong yang saat ini sudah mulai terkikis untuk dibangkitkan kembali. Tujuan dari pemberdayaan ini adalah Perubahan sikap dan perilaku menjadi lebih baik melalui pembinaan kehidupan masyarakat. Dalam praktiknya kepala desa menggunakan konsep kesadaran dan kemauan dari dalam masyarakat itu sendiri untuk berubah menjadi lebih baik. Pembinaan ini memiliki cakupan yang cukup banyak, akan tetapi yang jelas pembinaan mengandung arti pemberdayaan masyarakat yaitu mengubah sesuatu sehingga menjadi baru dan memiliki nilai yang lebih tinggi dan juga mengandung makna sebagai pembaruan, yaitu USAha untuk membuat sesuatu menjadi lebih sesuai dengan kebutuhan, menjadi lebih baik dan lebih bermanfaat. Dalam hubungannya dengan pembinaan, Talidzuhu Ndraha mengungkapkan bahwa yang menjadi sasaran pembinaan khususnya dalam membina kehidupan masyarakat adalah mentalitasnya. Mentalitas yang belum sadar harus dibangunkan, yang tidak sesuai dengan pembangunan dan pemberdayaan masyarakat harus diubah, yang melenceng atau menyalahi aturan harus ditertibkan dan yang masih kosong harus diisi. Menghadirkan kembali semangat gotong royong diantara warganya. Baik itu dalam kehidupan sehari-hari maupun dalam kegiatan pemberdayaan masyarakat. Sebagai desa yang penduduknya sebahagian besar adalah berprofesi sebagai seorang petani, kegiatan-kegiatan dalam pertanian pun dilakukan secara bergotong- royong. Pemberdayaan masyarakat dalam bidang pertanian memiliki makna meningkatkan kualitas kehidupan sosial dan ekonomi masyarakat yang tercermin peningkatan pendapatan dan kesejahteraan masyarakat termasuk masyarakat Pelayanan Dan Pengembangan Terhadap Masyarakat Pemberian pelayanan yang baik kepada masyarakat diharapkan menjadi lebih responsive terhadap kepentingan masyarakat itu sendiri,dimana paradigm pelayanan masyarakat yang telah berjalan selama ini beralih dari pelayanan yang sifatnya sentralistik ke pelayanan yang lebih memberikan focus kepada pengelolaan yang berorientasi kepuasaan pihak pelayanan yang diberikan oleh aparatur pemerintahan kepada masyarakat diharapkan juga memiliki a. Memiliki dasar hukum yang jelas dalam penyelenggaraannya, perencanaan dalam pengambilan keputusan c. Memiliki tujuan sosial dalam kehidupan bermasyarakat d. Dituntut untuk akuntabel dan transparan kepada masyarakat e. Memiliki standarisasi pelayanan yang baik kepada masyarakat. Undang-undang No 32 Tahun 2004 tentang otonomi daerah dan Undang-Undang no 6 tahun 2014 tentang desa,masyarakat memiliki kedaulatan yang cukup luas untuk menentukan orientasi dan arah kebijakan pembangunan yang bentuk pelayanan pemerintah desa kepada masyarakat di desa Tumaratas yaitu apabila masyarakat yang bersangkutan membutuhkan pelayanan misalnya perbaikan dibidang pertanian maka aparat pemerintah desa berupaya semaksimal mungkin untuk memberikan pelayanan terbaik kepada kemampuan aparatur pemerintah desa dalam memberdayakan masyarakat, besar kecilnya partisipasi masyarakat merupakankan faktor penting dalam proses pembangunan, karena pada Kenyataannya pembangunan desa sangat memerlukan adanya keterlibatan aktif dari masyarakat. Keikutsertaan masyarakat tidak saja dalam perencanaan tetapi juga pelaksanaan program-program pembangunan di penilaian terhadap aparatur desa tidak negatif dalam menjalankan tugas utama untuk memberikan pelayanan terhadap masyarakat dan pelaksanaan pembangunan. Persepsi akan timbul bila mana dalam menjalankan tugas tidak sesuai dengan harapan masyarakat desa. Prosedur yang dipersulit dijadikan kepentingan pribadi atau komunitas yang dipergunakan untuk kepentingan Faktor-faktor Pendukung Dan Penghambat Terhadap Pengembangan Pemberdayaan Masyarakat Di Bidang Pertanian DiDesa Tumaratas Kecamatan Langowan Barat Terdapat dua faktor yang mempengaruhi peranan kepala desa dalam pemberdayaan masyarakat Desa Tumaratas yaitu faktor pendukung dan faktor penghambat. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat sebagai berikut 1. Faktor Pendukung Terhadap Pengembangan Pemberdayaan Masyarakat Di Bidang Pertanian a. Kekuasaan Kekuasaan adalah kekuatan, legalitas, dan otoritas yang memberikan wewenang kepada pemimpin guna mempengaruhi dan menggerakkan bawahan untuk berbuat sesuatu. Tanpa kekuasaan bagaimana mungkin seorang pemimpin mampu menjalankan tugasnya karena hanya dengan kewenanganlah seseorang berhak memerintah orang lain. b. Sistem Pendidikan Formal yang maju Pada dasarnya pendidikan memberikan nilai-nilai tertentu bagi individu,untuk memberikan wawasan serta menerima hal-hal baru juga memberikan bagaimana caranya dapat berpikir secara juga mengajarkan kepada individu untuk dapat berpikir secara objektif c. Sistem terbuka pada lapisan masyarakat Artinya masyarakat menyadari bahwa semua orang memiliki kedudukan yang sama dan harus diperlakukan sama didepan karena itu pemerintah mampu menjangkau seluruh lapisan masyarakat di Desa Adanya orientasi untuk maju Masa depan Terdapatnya pemikiran-pemikiran yang mengutamakan masa yang akan datang,dapat berakibat mulai terjadinya Perubahan-Perubahan dalam system sosial yang ada. Karena apa yang dilakukan harus diorientasikan pada Perubahan dimasa yang akan datang e. Adanya Sinergitas yang baik antara pemerintah dan masyarakat Budaya Mapalus gotong royong sangat melekat di kehidupan masyarakat Desa Tumaratas,oleh karena itu apa yang dilakukan pemerintah selalu didukung oleh masyarakat terutama program pemberdayaan masyarakat di bidang pertanian yang sangat membantu juga selalu berupaya untuk memberikan yang terbaik kepada masyarakat sesuai dengan Visi-Misi Desa Faktor Penghambat Terhadap Pengembangan Pemberdayaan Masyarakat Di Bidang Pertanian Pemberdayaan masyarakat di berbagai bidang tidak terlepas dari berbagai hambatan yang yang sering muncul antara lain a. Kelompok kepentingan Kelompok kepentingan dapat menjadi salahsatu penghambat dalam upaya pemberdayaan pemberdayaan petani di desa Tumaratas tidak dapat dilaksanakan karena ada kelompok kepentingan tertentu yang bermaksud membeli lahan pertanian untuk mendirikan USAha pertanian ini akan berupaya akan lebih dulu agar lahan pertanian tersebut jatuh ke tangan mereka. b. Kualitas Sumber daya manusia pemerintah desa Sebagaimana terlihat sumber daya manusia atau aparat yang bertugas pada organisasi kantor tersebut secara kuantitas jumlah pegawai yang ada pada kantor desa Tumaratas sudah cukup namun secara kualitas sumber daya aparat desa di desa Tumaratas belum cukup baik,hal ini dapat dilihat dari kemampuan kerja dan mengkoordinir program didesa yang masih terlihat kurang. PENUTUPA. Kesimpulan Berdasarkan uraian hasil penelitian dan pembahasan pada bab sebelumnya,maka penulis dapat menarik kesimpulan tentang peranan pemerintah desa dalam pemberdayaan masyarakat dibidang pertanian dapat dilihat dari beberapa indikator, yakniPeranan pemerintah desa dalam kehidupan masyarakat desa dilakukan oleh kepala desa dengan menggunakan konsep kesadaran dan kemauan dari masyarakat sendiri. Kegiatan sehari-hari dilakukan dengan cara bergotong royong terlebih dibidang pertanian dimana masyarakat sebelum musim kemarau tiba membangun tempat penampungan pemerintah desa dalam memberikan pelayanan dan pengembangan kepada masyarakat seperti dalam kegiatan disektor pertanian maka kontribusi yang sangat besar dalam bidang pertanian adalah aktivitas USAha tani. Aktifitas Usaha Tani adalah kegiatan-kegiatan yang dilakukan oleh petani pada sebidang lahan yang ditanami dengan berbagai jenis tanaman yang menghasilkan. Aktivitas USAha tani yang dilakukan oleh masyarakat petani khususnya di desa Tumaratas dapat dilakukan melalui aktivitas USAha tani padi sawah dan padi ladang. Aktivitas USAha tani padi sawah sangatlah beragam mulai dari cara pengolahan tanah, pembersihan, pembibitan, pemupukan bahkan sampai pada proses hasil panen. Faktor-faktor yang mempengaruhi peranan pemerintah desa dalam pemberdayaan masyarakat dibidang pertanian terdiri atas factor pendukung,yaitu Kekuasaan, system pendidikan formal yang maju, system terbuka kepada seluruh lapisan masyarakat, adanya orientasi untuk maju, serta adanya sinergitas yang baik antara pemerintah dan Penghambat yaitu Kelompok kepentingan, dan kualitas sumber daya aparatur Saran Berdasarkan kesimpulan diatas,maka penulis dapat memberikan saran sebagai berikut - Peranan Pemerintah desa terlebih khusus Kepala Desa terhadap pemberdayaan masyarakat dibidang pertanian didesa Tumaratas Kecamatan Langowan Kabupaten Minahasa hendaknya dilakukan secara konsisten dan berkesinambungan. - Perlu dilakukan pengawasan yang secara rutin terutama terhadap kegiatan masyarakat yang menunjukkan adanya kegiatan pembangunan. - Selain penyuluhan dan pelatihan bagi warga masyarakat, pelatihan juga perlu diadakan bagi aparat desa guna meningkatkan SDM dan memberikan pelayanan yang optimal bagi warga desa. - Melalui hasil penelitian ini disarankan hendaknya pemerintah lewat dinas pertanian, memberikan perhatian secara sungguh-sungguh bagi para petani dalam membina dan membantu para petani dalam proses kesinambungan USAha Pustaka Ali Mufiz, Drs,1995, Pengantar Administrasi Negara, Universitas Sutardy, MBA, Drs. Engkoem Damini, 1973, Pokok-pokok Ilmu Administrasi dan Manajemen, PT. Ikhtiar Baru, JakartaAtmosudirdjo, Prajudi, 1978, Dasar-dasar Administrasi, Balai Aksara, JakartaBayu Suryaningrat, 1979, Desa dan Kelurahan, Rineka Cipta, JakartaDedy Supriady Bratakusuma, Dadang Solihin, MA. 2002, Otonomi Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah, Gramedia Pustaka Utama, JakartaDepdikbud RI, 1989, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Balai Pustaka, JakartaHandayaningrat, Soewarno, 1982, Pengantar Studi Ilmu Administrasi dan Manajemen, Gunung Agung, JakartaIbnu Syamsi, Drs. 1983, Pokok-pokok Organisasi dan Manajemen, Bina Aklsara, JakartaJoko Prakoso, SH, 1987, Hukum Asuransi Indonesia, BandungKoentjaraningrat, 1990, Kebudayaan Mentalitas dan Pembangunan, Gramedia Pustaka, JakartaLembaga Administrasi Negara RI, 1997, Sistem Administrasi Negara RI, Gunung Agung, Pemekaran penelitian Remaja 1987, Pendekatan Manusia dan Organisasi Terhadap Pembinaan Kepegawaian, Gunung Agung, JakartaNainggolan, 1984, Pembinaan Pegawai Negeri Sipil, Depdikbud, Jakarta Peraturan Daerah Kabupaten Umum, 2001, Lembaran Daerah Kabupaten Umum, Tentang Pembentukan Badan Perwakilan dan PTS Se-Sulawesi Selatan, 1997, Pedoman Pembinaan Desa dam Pengelolaan Sumber- sumber Pendapatan Desa, Biro-Bina Pemdes Makassar Siagian, MPA, 1983, Filsafat Administrasi, Gunung Agung Jakarta Saksono, S, 1988, Administrasi Kepegawaian, Karnisius, Yogyakarta Soetjitro, Ir. 1988, Pembinaan Ketahanan Masyarakat Desa, Jakarta Sugiyono, 2002, Metode Penelitian Administrasi, Alfabeta, BandungSulastomo, 1999, Asuransi Kesehatan Sebuah Kapitas Selekta, JakartaSurachmad, Winarno, 1972, Dasar-dasar Tehnik Research, Tarsito, BandungThe Liang Ge, 1984, Administrasi Perkantoran Modern, Nur Cahaya, YogyakartaWidjaja, HAW., Prof. Drs.,2003, Pemerintahan Desa / Marga, PT. Raja Grafindo Persada, lain Undang-undang Nomor 22 Tahun 1999 Tentang Otonomi Daerah Undang-undang Nomor 32 Tahun 2004 Tentang Pemerintahan Daerah Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 http/ juli 2007 Suprionoberharap dengan enam prioritas pembangunan tersebut dapat membuat seluruh masyarakat dapat ikut berperan dan merasakan hasilnya. "Kami berharap seluruh masyarakat Sumsel dapat mendukung dan berperan aktif dalam pembangunan sektor pertanian dan pariwisata, sehingga akan dengan cepat tercapainya Sumsel Maju untuk Semua dan masyarakat Ethnolinguistics is a study that connects linguistic concepts related to culture in local communities. The people in Tladan village, Kawedanan district, Magetan regency are still familiar with the terms rice farming activities from generation to generation, so the relationship between Javanese language and culture in the use of the term rice farming activities can be studied with an etnolinguistik purpose of this research is 1 to describe the form of language in Javanese culture related to rice farming activities in Tladan Village, Kawedanan district,Magetan regency 2 to describe the lexical, gramatical and cultural meanings summarized in Javanese languages and culture related to rice farming activities in Tladan Village, Kawedanan district,Magetan regency 3 describes the mindset, perspective on life, and the world of the peasant community in Tladan Village in Tladan village, Kawedanan district, Magetan regency. This type of research is basic research, the level of this research is descriptive data was collected using farming activity observation techniques, proficient methods, and literature study. The data research were analyzed by distribution method distributional and the equivalent method. This result of this study are 1 the form of language described by monomorphemic, polymorphemic, and phrases contained in the language in Javanes culture related to rice farming activities in Tladan Village, Kawedanan district,Magetan regency 2 the lexical,gramatical, and cultural meanings contained in the language of Javanese culture related to rice farming activities in Tladan Village, kawedanan district, Magetan regency 3mindset, perspective of life, and the world of the peasant community in Tladan Village, Kawedanan district, Magetan regency. Keywords ethnolinguistics, rice farming, Magetan, Tladan Discover the world's research25+ million members160+ million publication billion citationsJoin for free Sutasoma 8 2 2020 Sutasoma Jurnal Sastra Jawa Bahasa dan Pandangan Hidup Masyarakat Jawa Terkait Aktivitas Pertanian Padi di Desa Tladan Kecamatan Kawedanan Kabupaten Magetan Kajian Etnolinguistik Nanda Anjarwati Sastra Daerah, Fakultas Ilmu Budaya, Universitas Sebelas Maret, Surakarta Corresponding Author nanda140898 Abstrak Etnolinguistik adalah suatu kajian yang menghubungkan konsep kebahasaan yang berkaitan dengan budaya di masyarakat setempat. Masyarakat desa Tladan, kecamatan Kawedanan, kabupaten Magetan masih mengenal istilah-istilah aktivitas pertanian padi secara turun-temurun, sehingga hubungan bahasa dan budaya Jawa dalam pemakaian istilah aktivitas pertanian padi dapat dikaji dengan pendekatan penelitian ini, yaitu mendeskripsikan 1 mendeskripsikan bentuk bahasa dalam budaya Jawa terkait aktivitas pertanian padi di desa Tladan, kecamatan Kawedanan, Kabupaten Magetan2 mendeskripsikan arti leksikal, makna gramatikal, dan makna kultural yang terangkum dalam bahasa dan budaya Jawa terkait aktivitas pertanian padi di desa Tladan, kecamatan Kawedanan, kabupaten Magetan3mendeskripsikan pola pikir, pandangan hidup, dan pandangan terhadap dunia masyarakat petani di desa Tladan, kecamatan Kawedanan, kabupaten Magetan. Jenis penelitian ini ialah penelitian dasar dengan taraf deskriptif kualitatif. Pengumpulan data pada penelitian ini menggunakan metode observasi kegiatan pertanian, metode cakap dan studi pustaka. Analisis data pada penelitian ini menggunakan metode agih dan metode padan. Hasil penelitian ini, yaitu 1 bentuk bahasa berupa monomorfemis, polimorfemis, dan frasa yang terdapat dalam bahasa dalam budaya Jawa terkait aktivitas pertanian padi di desa Tladan, kecamatan Kawedanan, kabupaten Magetan 2 arti leksikal, makna gramatikal,dan makna kultural yang terdapat dalam bahasa dalam budaya Jawa terkait aktivitas pertanian padi di desa Tladan, kecamatan Kawedanan, kabupaten Magetan 3 pola pikir, pandangan hidup, dan pandangan terhadap dunia masyarakat petani di desa Tladan, kecamatan Kawedanan, kabupaten Magetan. Kata kunci etnolinguistik, pertanian padi, Magetan, Tladan. Abstract Ethnolinguistics is a study that connects linguistic concepts related to culture in local communities. The people in Tladan village, Kawedanan district, Magetan regency are still familiar with the terms rice farming activities from generation to generation, so the relationship between Javanese language and culture in the use of the term rice farming activities can be studied with an etnolinguistik purpose of this research is 1 to describe the form of language in Javanese culture related to rice farming activities in Tladan Village, Kawedanan district,Magetan regency 2 to describe the lexical, gramatical and cultural meanings summarized in Javanese languages and culture related to rice farming activities in Tladan Village, Kawedanan district,Magetan regency 3 describes the mindset, perspective on life, and the world of the peasant community in Tladan Village in Tladan village, Kawedanan district, Magetan regency. This type of research is basic research, the level of this research is descriptive data was collected using farming activity observation techniques, proficient methods, and literature study. The data research were analyzed by distribution method distributional and the equivalent method. This result of this study are 1 the form of language described by monomorphemic, polymorphemic, and phrases contained in the language in Javanes culture related to rice farming activities in Tladan Village, Kawedanan district,Magetan regency 2 the lexical,gramatical, and cultural meanings contained in the language of Javanese culture related to rice farming activities in Tladan Village, kawedanan district, Magetan regency 3mindset, perspective of life, and the world of the peasant community in Tladan Village, Kawedanan district, Magetan regency. Keywords ethnolinguistics, rice farming, Magetan, Tladan © 2020 Universitas Negeri Semarang p-ISSN 2252-6307 135 Nanda Anjarwati/Sutasoma 8 2 2020 PENDAHULUAN Bahasa berfungsi sebagai alat komunikasi dalam anggota masyarakat pemakai bahasa dan merupakan dokumentasi kegiatan atau aktivitas hidup manusia. Selain itu bahasa berfungsi sebagai alat pengembangan kebudayaan, jalur penerus kebudayaan, dan inventaris ciri-ciri kebudayaan Nababan, 199338.Begitu pula petani di desa Tladan, kecamatan Kawedanan, kabupaten Magetan yang mayoritas masyarakatnya bermata pencaharian sebagai petani, dan dominan petani padi, karena sebagian besar tanah di desa Tladan, cocok untuk pertanian padi. Pada umumnya bahasa yang digunakan petani di desa Tladan, kecamatan Kawedanan, kabupaten Magetan, merupakan alat untuk mencapai sistem pengetahuan masyarakat di daerah tersebut. Sistem pengetahuan ini menunjukkan kearifan lokal yang perlu dikuak keberadaannya, diketahui maksudnya, dan bisa direvitalisasi. Melalui suatu ungkapan, dapat diketahui pandangan hidup dan pola pikir masyarakat. Bahasa yang digunakan oleh para petani terangkum dalam budaya Jawa berupa istilah-istilah terkait aktivitas pertanian padi. Sekarang ini, banyak generasi muda yang tidak mengetahui tentang bahasa dan budaya Jawa dalam aktivitas pertanian padi, seperti matun matun’. Oleh karena itu, bahasa dalam budaya Jawa terkait aktivitas pertanian padi di desa Tladan, kecamatan Kawedanan, kabupaten Magetan penting dikaji melalui pendekatan etnolinguistik. Alasan penelitian mengenai bahasa dalam budaya Jawa terkait aktivitas pertanian padi dapat dikaji secara etnolinguistik, mendasarkan pada pengertian bahwa etnolinguistik adalah suatu kajian yang menghubungkan konsep kebahasaan yang berkaitan dengan budaya di masyarakat setempat. Masyarakat desa Tladan, kecamatan Kawedanan, kabupaten Magetan masih mengenal istilah-istilah aktivitas pertanian padi secara turun-temurun, sehingga hubungan bahasa dan budaya Jawa dalam pemakaian istilah aktivitas pertanian padi dapat dikaji dengan pendekatan etnolinguistik. Peneliti ingin melestarikan budaya Jawa kepada generasi muda melalui hal-hal sederhana yang sering diabaikan dan jarang diketahui. Hal-hal sederhana seperti aktivitas pertanian padi merupakan suatu budaya yang hidup di Jawa. Secara linguistik pengkajian bahasa dalam budaya Jawa terkait aktivitas pertanian padi tersebut perlu adanya pengkajian dari aspek mikrolinguistik dan aspek makrolinguistik. Mikrolinguistik dengan mempelajari bahasa di dalamnya, dengan perkataan lain, mempelajari struktur bahasa itu sendiri Kridalaksana, 2008154, Sedangkan makrolinguistik adalah bidang linguistik yang mempelajari bahasa dalam hubungannya dengan faktor-faktor di luar bahasa, termasuk di dalamnya bidang interdisipliner dan bidang terapan Kridalaksana, 2008 149. Salah satu bidang interdisipliner yang dikaji makrolinguistik adalah etnolinguistik. Ahimsa 19975 menyatakan bahwa istilah etnolinguistik yaitu berasal dari kata etnologi dan linguistik yang lahir karena penggabungan antara pendekatan etnologi dengan pendekatan linguistik. Atas dasar inilah, Ahimsa membagi kajian 136 Nanda Anjarwati/Sutasoma 8 2 2020 etnolinguistik dalam dua golongan, yaitu kajian linguistik yang memberikan sumbangan bagi etnologi dan kajian etnologi yang memberikan sumbangan bagi linguistik. Hal-hal terkait aktivitas pertanian padi yang terekspresikan dalam bahasa dan budaya Jawa dapat dideskripsikan melalui interdisipliner etnolinguistik, sebagai berikut. matun [matUn] matun’ Satuan lingual matun berbentuk polimorfemis. Matun berasal dari kata watun cabut’ verba mendapatkan imbuhan prefiks m- sebagai nasal. Berikut Bagi Unsur Langsung dari kata “matun”. matun m -N watun mt mbt Bentuk lingual matun matun’ merupakan morfem bebas kompleks yang terdiri atas unsur langsung m dan watun watun’. Watun watun’ merupakan morfem bebas tunggal, yang tidak mempunyai unsur langsung lagi, bisa berdiri sendiri, dan mempunyai arti. Di pihak lain, nasal -m sebagai prefiks merupakan morfem terikat, yang belum mampu berdiri sendiri dan belum mempunyai makna. Namun, akan muncul makna gramatikalnya setelah bergabung dengan morfem bebas tunggal watun watun’ sehingga menjadi matun matun’. Arti leksikal matun matun’ berasal dari kata dasar watun watun’ . Watun yaiku dibubuti sukete sing padha thukul ing tanduran cabut rumput yang tumbuh di sekitar tanaman Poerwadarminta, 1939658. Matun yaiku mbubuti suket ing sawah/têgal mencabut rumput yang ada di sawah / têgal’ Poerwadarminta, 1939 299. Sedangkan morfem terikat nasal {-m} prefiks mempunyai makna gramatikal menyatakan aktivitas sebagaimana dalam mt morfem tunggalnya yaitu watun watun’. Dengan demikian makna gramatikal dalam bentuk matun yaitu menyatakan aktivitas mencabut rumput. Mencabut rumput di sini adalah mencabut rumput di sawah. Sehingga makna gramatikal secara lengkap dari bentuk matun adalah aktivitas mencabut rumput pengganggu di sawah. Makna kultural matun matun’ menurut Nur Wakid 55 dilakukan setelah masa tandur tanam’. Kira-kira ketika padi sudah 15-20 hari setelah masa tandur tanam’. Matun matun’ dilakukan agar tumbuhnya tanaman padi tidak diganggu oleh rumput. Menurut Adi Wiyono 71 dalam kehidupan sehari-hari, maksud dari matun matun’ adalah matun tumindake, matun tingkah lakune matun tindakannya, matun perilakunya.’ Maksudnya membuang perilaku buruk, membuang pikiran dan tindakan yang tidak baik agar tindakan baik selalu tertanam. Selain itu juga menggambarkan orang Jawa itu bersih dari segi fisik dan juga psikisnya. Sehingga pada uraian di atas dari fenomena etnologi menyebabkan fenomena linguistik. Deskripsi tersebut dapat disimpulkan bahwa melalui pengungkapan bahasa verbal dalam aktivitas pertanian padi di desa Tladan dapat diketahui pola pikir, berupa prinsip, 137 Nanda Anjarwati/Sutasoma 8 2 2020 aturan yang masih dipegang, dan pandangan hidup masyarakat desa Tladan, kecamatan Kawedanan, kabupaten Magetan. Dari deskripsi data awal tersebut peneliti sangat penasaran terhadap data penelitian secara keseluruhan. Bagaimana bentuknya? Samakah bentuknya dengan data matun matun’ yang merupakan polimorfemis atau mungkin ditemukan bentuk lain yang beragam? Begitu pula, bagaimana arti leksikalnya, makna gramatikal dan makna kulturalnya, serta bagaimana pola pikir, pandangan hidup, dan pandangan terhadap dunia masyarakat petani yang terkandung dalam setiap data penelitian. Di sisi lain peneliti juga sangat penasaran mengapa dalam data secara keseluruhan bisa terjadi bentuk, arti leksikal, makna gramatikal, makna kultural dan pola pikir, pandangan hidup dan pandangan terhadap dunia masyarakat petani sebagaimana yang terkandung dalam setiap data penelitian. Penelitian sebelumnya yang relevan terkait penelitian ini di antaranya adalah 1 Fitrianingrum. 2016. Bahasa dalam budaya jawa terkait aktivitas pertanian padi di Desa Bangsri Kecamatan Karangpandan Kabupaten Karanganyar Kajian Etnolinguistik 2 Makna Kultural Pada Istilah Bidang Pertanian Padi Di Desa Boja, Kabupaten Kendal, Jawa Tengah Sebuah Tinjauan Etnolinguistik 3 Saharudin dan Syarifuddin. 2012. Kategori Dan Ekspresi Linguistik Dalam Bahasa Sasak Pada Ranah Pertanian Tradisional Kajian Etnosemantik, 4 Haryanti dan Wahyudi. 2007. Ungkapan Etnis Petani Jawa Di Desa Japanan,Kecamatan Cawas, Kabupaten KlatenKajian Etnolinguistik, 5 Fujiono dkk. 2014. Istilah-Istilah Pertanian Padi Dan Palawija Pada Masyarakat Madura Di Kecamatan Sumbermalang Kabupaten Situbondo Suatu Tinjauan Etnolinguistik, 6 Suyanto. 2019. Istilah-istilah dalam Budidaya Tanaman Padi di Desa Banjarsari, Kabupaten Cilacap, Jawa Tengah, 7 Agdona. 2018. Bahasa dan Budaya Jawa Terkait Tradisi Wiwit Sawah di Desa Musuk Kecamatan Sambirejo Kabupaten Sragen Kajian Etnolinguistik. Berdasarkan 5 penelitian sebelumnya, penelitian yang mengkaji tentang Bahasa dan Pandangan Hidup Masyarakat Jawa Terkait Aktivitas Pertanian Padi di desa Tladan, kecamatan Kawedanan, kabupaten Magetan dari perspektif kajian etnolinguistik belum pernah dilakukan. Maka, penelitian yang akan dilakukan ini akan mengkaji bahasa dalam budaya Jawa terkait dengan aktivitas pertanian padi dari awal mula menanam benih sampai memanen padi di desa Tladan, kecamatan Kawedanan, kabupaten Magetan. Banyaknya penelitian dengan tema serupa justru akan memperkaya inventarisasi leksikon terkait pertanian dan menambah kekayaan khazanah leksem bahasa yang menjadi objek penelitian. Selain itu, penelitian ini lebih berkontribusi untuk memperkaya fakta empiris terkait penelitian etnolinguistik. Penelitian ini merumuskan tiga permasalahan, yaitu 1 Bagaimanakah bentuk bahasa dalam budaya Jawa terkait aktivitas pertanian padi di desa Tladan, kecamatan Kawedanan, kabupaten Magetan? 2 Bagaimanakah arti leksikal, makna gramatikal, dan makna kultural yang 138 Nanda Anjarwati/Sutasoma 8 2 2020 terangkum dalam bahasa dan budaya Jawa terkait aktivitas pertanian padi di desa Tladan, kecamatan Kawedanan, kabupaten Magetan? 3 Bagaimanakah pola pikir, pandangan hidup, dan pandangan terhadap dunia masyarakat petani di desa Tladan, kecamatan Kawedanan, kabupaten Magetan? METODE PENELITIAN Jenis penelitian ini adalah penelitian dasar yang bersifat deskriptif kualitatif. Pendekatan yang digunakan ialah etnolinguistik. Data dalam penelitian ini meliputi data lisan yang diperoleh dari informan berwujud kata, frasa, yang berkaitan dengan aktivitas pertanian padi2 data lisan yang diperoleh dari informan terpilih untuk menjelaskan tentang makna kultural bahasa terkait aktivitas pertanian padi, 3 doa atau mantra yang terkait dalam aktivitas pertanian padi, data berupa gambar atau simbol terkait aktivitas pertanian padi, 4 data tulis terkait penjelasan arti leksikal yang termuat dalam kamus. Sumber data dalam penelitian ini meliputi data lisan yang berasal dari tuturan informan sebagai informan terpilih yang mengetahui segala hal terkait aktivitas pertanian padi dan data pustaka yang berupa kamus. yang mengetahui segala hal terkait aktivitas pertanian padi. Adapun kriteria Pemilihan informan perlu mempertimbangkan usia informan, wawasan pengetahuan informan,minat perhatian informan terhadap permasalahan penelitian dan keterampilan berbahasa yang memadai Samarin, 198555. informan yang dipilih kurang lebih memenuhi syarat-syarat berikut 1 penutur asli bahasa Jawa, 2 memahami bahasa dan budaya Jawa terkait aktivitas pertanian, 3 mempunyai pengetahuan spiritualitas, 4 mengetahui bahasa dan budaya Jawa, 5 memiliki alat ucap yang lengkap, 6 alat pendengaran normal, 7 bersedia menjadi informan dan mempunyai waktu yang cukup, 8 bersikap terbuka, sabar, ramah, dan tidak mudah tersinggung. Informan dalam penelitian ini terdiri dari berbagai aspek di antaranya adalah a pemilik sawah pemilik sawah yang tidak mengerjakan aktivitas pertanian sama sekali dan pemilik sawah yang sebagian besar mengerjakan aktivitas pertanian secara mandiri, b spiritualis atau penutur Jawa sesepuh desa, c pujangga methil pari , d penggarap sawah lelangan, maro dan mertelu, e buruh macul, mopok, ndhedhet, f buruh tandur dan ndhaut, g buruh derep panen padi, h buruh matun dan sulam, i buruh nampingi dan ngalisi, j bagian ngekum, ngepep, dan nyebar winih, k bagian ndhiselne, eleb sawah, dan nurut banyu, l buruh mepe gabah, m tukang ngirim dan nonjoki istri petani sekaligus petani, n tukang ngrabuk dan nyemprot, o bagian ngusungi gabah, p buruh palir, g bagian HIPPA dan PJ dhisel desa. Pengumpulan data pada penelitian ini menggunakan teknik observasi, metode cakap dan studi pustaka. Data dianalisis dengan metode agih teknik BUL Bagi Unsur Langsung dan metode padan. Metode penyajian data pada penelitian ini dengan metode formal dan informal. 139 Nanda Anjarwati/Sutasoma 8 2 2020 PEMBAHASAN A. Bentuk Bahasa dalam Budaya Jawa Terkait Aktivitas Pertanian Padi di Desa Tladan, Kecamatan Kawedanan, Kabupaten Magetan. Aktivitas pertanian padi di desa Tladan, kecamatan Kawedanan, kabupaten Magetan, terdapat 3 bentuk bahasa yang meliputi monomorfemis, polimorfemis afiksasi, reduplikasi, dan frasa. 1. Bentuk Monomorfemis Bentuk monomorfemis tentang bahasa dalam budaya Jawa terkait aktivitas pertanian padi di desa Tladan, kecamatan Kawedanan, kabupaten Magetan seperti pada contoh data bengkok [bGkOk] bengkok’ Satuan lingual bengkok merupakan morfem bebas tunggal yang tidak dapat dicari unsur langsungnya,dapat berdiri sendiri, berarti leksikal dan belum mengalami suatu proses morfologis. Bengkok merupakan sawah yang dijadikan upah/gaji untuk lurah dan perangkat desa. jani [jani] jani’ Satuan lingual jani merupakan morfem bebas tunggal yang tidak dapat dicari unsur langsungnya, dapat berdiri sendiri, berarti leksikal dan belum mengalami suatu proses morfologis. Jani merupakan salah satu bagian dalam aktivitas pertanian padi yang berupa upah untuk dhukun dukun’ atau sesepuh. Sesepuh yang sudah methil sawah, harus diberi upah, sebagai tanda terima kasih. 2. Bentuk Polimorfemis Polimorfemis dibentuk melalui beberapa proses morfemis yaitu afiksasi imbuhan, reduplikasi pengulangan, dan pemajemukan/ komposisi. Bentuk polimorfemis tentang bahasa dalam budaya Jawa terkait aktivitas pertanian padi di desa Tladan, kecamatan Kawedanan, kabupaten Magetan seperti pada contoh data a. Afiksasi pengimbuhan methil [mTIl] methil’ m N- pethil mt mbt Satuan lingual methil merupakan morfem bebas kompleks yang terdiri atas unsur langsung nasal m dan pethil petik’. Pethil petik’merupakan morfem bebas tunggal, yang tidak mempunyai unsur langsung lagi, bisa berdiri sendiri, dan mempunyai arti. Di pihak lain, nasal -m sebagai prefiks merupakan morfem terikat, yang belum mampu berdiri sendiri dan belum mempunyai makna. Namun, akan muncul makna gramatikalnya setelah bergabung dengan morfem 140 Nanda Anjarwati/Sutasoma 8 2 2020 bebas tunggal pethil petik’ sehingga menjadi methil. Methil adalah salah satu aktivitas pertanian padi yang dilakukan oleh para petani ketika padi sudah mulai menguning dan akan segera dipanen. b. Pengulangan atau reduplikasi lerleran [lérléran] lerleran’ lerler an mt mbt reduplikasi Satuan lingual lerleran merupakan morfem bebas kompleks yang terdiri atas unsur langsung lerler dan an. Lerler merupakan mofem bebas kompleks yang mengalami proses reduplikasi utuh, yang mana kata pertama ler ler’ diulang lagi, sehingga menjadi lerler. Ler ler’ merupakan morfem bebas tunggal, yang tidak mempunyai unsur langsung lagi, bisa berdiri sendiri, dan mempunyai arti. Di pihak lain, nasal -an sebagai sufiks merupakan morfem terikat, yang belum mampu berdiri sendiri dan belum mempunyai makna. Namun, akan muncul makna gramatikalnya setelah bergabung dengan morfem bebas kompleks lerler lerler’sehingga menjadi lerleran. Lerleran adalah lahan sawah siap tanam setelah selesai diluku dibajak’ dan digaru digaru’. 3. Frasa Bentuk frasa tentang bahasa dalam budaya Jawa terkait aktivitas pertanian padi di desa Tladan, kecamatan Kawedanan, kabupaten Magetan seperti pada contoh data andum bawon [andUm bawOn] membagi bawon’ andum bawon mbt mbt Frasa andum bawon, merupakan unsur sintaksis yang terdiri dari dua unsur langsung berupa kata andum dan bawon. Kedua unsur langsung tersebut mempunyai ciri fungsi predikat dan objek. Andum sebagai predikat dan bawon sebagai objek. Ciri fungsi predikat objek, tidak melampaui ciri fungsi klausa subjek, predikat. Selain itu frasa andum bawon dapat disisipkan afiks misalnya sufiks {-e} menjadi andume bawon cara membagi bawon’, andum sebagai unsur inti. 141 Nanda Anjarwati/Sutasoma 8 2 2020 B. Arti Leksikal dan Makna Gramatikal yang Terangkum dalam Bahasa dan Budaya Jawa Terkait Aktivitas Pertanian Padi di Desa Tladan, Kecamatan Kawedanan, Kabupaten Magetan. derep [drp] derep’ Arti leksikal derep ’derep’ yaiku melu nggarap sawah sarta ngeneniopahane bawon ikut menggarap sawah serta mengunduh upahnya bulir-bulir padi’Poewadarminta, 193968. lelangan [lelaGan] lelangan’ Bentuk lingual lelangan terdiri dari bentuk bebas tunggal lelang dan unsur langsung {–an} sufiks. Arti leksikal lelang lelang’ yaiku adol tuku barang ing umum sing pangenyange sarana onjo-onjonan jual beli barang yang umumnya ditawar dengan cara kepintaran pembeli’ Poerwadarminta,1939265. Sedangkan morfem terikat {-an} sufiks mempunyai makna gramatikal menyatakan aktivitas sebagaimana dalam mt morfem tunggalnya yaitu lelang lelang’. Dengan demikian makna gramatikal dalam bentuk lelangan yaitu menyatakan aktivitas membeli barang yang dijual murah. Barang di sini adalah sawah atau bengkok bengkok’. Sehingga makna gramatikal secara lengkap dari bentuk lelangan adalah aktivitas menjual sawah dengan harga murah. C. Makna Kultural yang Terangkum dalam Bahasa dan Budaya Jawa Terkait Aktivitas Pertanian Padi di Desa Tladan, Kecamatan Kawedanan, Kabupaten Magetan nonjoki[nOnjO?i] nonjoki’ Gambar nonjoki Dokumen Nanda, 25 Februari 2020 Makna kultural nonjoki menurut informan bahwa nasi tonjokan yang dibawa ke sawah berupa hasil bumi dan apapun yang dipunyai pemilik sawah. Namun yang pasti ada adalah sega punar atau nasi kuning. Macam lauk pauk nasi tonjokan adalah ayam/ingkung, bothok pelas, nasi kuning sedikit saja, dan pisang. Nasi yang sudah diwadahi daun pisang tersebut diletakkan di poncotan pojokan’ sawah lalu dibacakan doa, kemudian dibagi-bagikan ke warga sawah sebagai kiblat, kalau orang jawa menyebutnya sedulur papat lima pancer. Poncotan pojokan’ sebagai pancer’pusat’. Informan Padi 84 tahun, 11 April 2020 Informan Riman 91 tahun, 11 April 2020 142 Nanda Anjarwati/Sutasoma 8 2 2020 Setiap satu lahan sawah diberi 5 nasi tonjokan tonjokan’. Empat tonjokan tonjokan’ diletakkan di setiap poncotan pojokan’, dan satunya diletakkan di tempat methilnya pari tempat Dewi Sri diambil/ngantenannya padi.Jika petani punya banyak sawah tinggal mengalikan lima. Namun, seiring perkembangan jaman, masyarakat hanya meletakkan satu nasi tonjokan di setiap lahan sawah sebagai syarat saja. Sehingga pada uraian di atas dari fenomena etnologi menyebabkan adanya fenomena linguistik. D. Pola Pikir, Pandangan Hidup, dan Pandangan Terhadap Dunia Masyarakat Petani di Desa Tladan, Kecamatan Kawedanan, Kabupaten Magetan a. Pola Pikir, Pandangan Hidup, dan Pandangan Terhadap Dunia Masyarakat Petani terkait Aktivitas Pada Saat Panen Masyarakat desa Tladan, sebagian besar masih menerapkan tradisi yang berlaku. Tradisi ini berupa methil methil’ secara simbolis dengan alat yang dinamakan ani-ani. Methil ’methil’ dilakukan sebelum padi dirit. Tata cara methil methil’ dengan cara memotong sebagian padi dengan alat yang dinamakan ani-ani ani-ani’. Sebelum padi dipotong, ada Informan Ninik Maryati 51 tahun, 1 Mei 2020; Sri Muryati 43 tahun, 15 April 2020 doa yang harus diucapkan oleh orang yang akan methil pari methil padi’. Jika petani sudah melakukan ritual methil methil’, padi bisa dipanen dengan mesin gilingan pari gilingan padi’ atau didhos didhos’. Setelah padi dirit dirit’, digiling digiling’, diayak diayak’, lalu diwadahi karung dibawa pulang. Sebelum padi dijemur, dilakukan andum bawon membagi bawon’ untuk buruh yang sudah ikut derepderep’ di sawah. Jika sudah dibagi bawonnya bawonnya’, petani bisa menjemur padi. Jika gabah gabah’ yang dijemur sudah bersih dan kering, baru dimasukkan karung. Agar karung yang berisi gabah gabah’ itu rapi, maka karungnya perlu didondomi didondomi’. Karung yang berisi gabah ’gabah’ dan sudah didondomi didondomi’, itu yang siap dijual. Yang tidak didondomi didondomi’ nantinya akan diselep diselep’, dan dimasak sendiri untuk kebutuhan sehari-hari. b. Pola Pikir, Pandangan Hidup, dan Pandangan Terhadap Dunia Masyarakat Petani terkait Aktivitas Mulai Menanam Padi Setelah masa panen selesai, petani memulai lagi merencanakan untuk menanam padi. Pertama, dimulai dari menjemur bulir-bulir padi sebagai bakal benih yang akan ditanam. Setelah benih padi dijemur, ada proses ngekum merendam’ dan ngepep ngepep’. Sebelum benih padi 143 Nanda Anjarwati/Sutasoma 8 2 2020 disebar, lahan yang digunakan untuk menyebar benih harus sudah siap. Maka perlu diluku dibajak’ dan digaru digaru’. Setelah selesai diluku dibajak’ dan digaru digaru’, benih yang sudah dipep dipep’, bisa disebar. Kira-kira sekitar 14 hari benih sudah tumbuh . Sembari menunggu benih tumbuh, petani perlu nampingi nampingi’ dan ngalisi ngalisi’. Kemudian mopok galengan mopok pematang sawah’ agar padat dan tidak bocor. Semua yang berkaitan dengan sawah, sama halnya dengan nyemoni manungsa mengisyaratkan seperti manusia’. Ketika lahan untuk menanam sudah siap, proses menanam benih di lahan bisa dilakukan. Benih yang sudah tumbuh, lalu didhaut didhaut’ dan selanjutnya ditandur ditanam’. Ketika memulai tandur tanam’, beberapa masyarakat masih melakukan tata cara miwiti memulai’. Miwiti memulai’ dilakukan dengan memberi cok bakal cok bakal’ di salah satu poncotan pojokan/pancer’. Pemilik sawah menghadap ke barat lalu membaca surat Alfatihah. Seperti halnya salat, termasuk wujud ibadah dan berdoa agar hasilnya baik. diletakkan di poncotan pojokan/pancer’, karena merupakan pancer atau kiblat. Masyarakat Jawa di desa Tladan khususnya, banyak yang menanam padi, dikarenakan menanamnya mudah, banyak tersedia air, dan selesai ditandur ditanam’ tinggal merawatnya. Selain hal di atas, masih banyak yang mau membeli gabah gabah’ dan harganya masih lumayan untuk memenuhi kebutuhan pokok. Terkait dengan proses-proses menanam padi, dari benih hingga panen, terdapat ajaran-ajaran dalam kehidupan yang bisa di ambil, seperti di bawah ini ajaran Ikhlas dan kemanusiaan, ajaran religiusitas, ajaran untuk bersikap rajin dan ulet, ajaran kewaspadaan, ajaran keterbukaan, ajaran keadilan, ajaran penghormatan kepada Dewi Sri. Aktivitas pertanian padi merupakan pasemon isyarat’, pitutur orang dalam pikir, pandangan hidup, dan pandangan terhadap dunia masyarakat petani, terdapat pasemon-pasemon isyarat-isyarat’ di mana masih jarang yang mengetahui. Suatu proses menanam padi sampai dengan panen merupakan wujud ibadah dan mempercayai Gusti Allah. Karena di dalam aktivitas pertanian padi, selain proses terdapat ritual-ritual yang mendekatkan hubungan manusia dengan Gusti Allah jika hal itu dipahami betul maknanya. PENUTUP Kesimpulan Penelitian ini mempunyai tiga kesimpulan. Pertama, penelitian tentang bahasa dalam budaya Jawa terkait aktivitas pertanian padi di desa Tladan, kecamatan Kawedanan, kabupaten Magetan ini terdapat tiga bentuk yaitu bentuk monomorfemis, 144 Nanda Anjarwati/Sutasoma 8 2 2020 polimorfemis afiksasi dan reduplikasi, dan frasa. Kedua, penentuan arti leksikal berdasarkan arti pada kamus. Makna gramatikal adalah makna yang muncul setelah adanya proses gramatikal. Makna kultural dapat ditinjau dari berbagai aspek, di antaranya tradisi yang masih berlaku, tradisi yang mencerminkan cara kerja, tujuan dilakukan aktivitas tersebut, dan budaya masyarakat desa Tladan yang terkait pola pikir dan pandangan hidup. Dari makna kultural yang disampaikan oleh informan dapat diketahui bahwa fenomena etnologi menyebabkan adanya fenomena linguistik. Ketiga, istilah-istilah aktivitas pertanian dibagi menjadi dua fase yaitu fase mulai bercocok tanam dan fase panen. Istilah-istilah aktivitas pertanian padi di desa Tladan, kecamatan Kawedanan, kabupaten Magetan menjelaskan pola pikir berupa pengetahuan masyarakat setempat yang berisi prinsip-prinsip dan aturan-aturan, sehingga terselip ajaran-ajaran kehidupan yang dapat di ambil. Saran Penelitian ini memiliki beberapa saran, yaitu a Bahasa dalam budaya terkait aktivitas pertanian padi dengan kajian yang berbeda. b Bahasa dalam budaya terkait aktivitas pertanian padi dengan kajian yang sama namun ruang lingkup kajian lebih luas dan tempat berbeda. DAFTAR PUSTAKA Agdona, Bella Vista . 2018. “Bahasa dan Budaya Jawa Terkait Tradisi Wiwit Sawah di Desa Musuk Kecamatan Sambirejo Kabupaten Sragen Kajian Etnolinguistik”. Skripsi. Surakarta. Universitas Sebelas Maret Surakarta. Ahimsa Putra, Heddy Beberapa Bentuk Kajian”. Makalah dalam Temu Ilmiah Bahasa dan Sastra. Balai Penelitian Bahasa Yogyakarta. Fitrianingrum, Wahyu. 2016. “Bahasa dalam budaya jawa terkait aktivitas pertanian padi di Desa Bangsri Kecamatan Karangpandan Kabupaten Karanganyar Kajian Etnolinguistik”. Skripsi. Surakarta Universitas Sebelas Maret Surakarta. Fujiono, Dedi Sution. 2014. “Istilah-Istilah Pertanian Padi Dan Palawija Pada Masyarakat Madura Di Kecamatan Sumbermalang Kabupaten Situbondo Suatu Tinjauan Etnolinguistik”, dalam Artikel Mahasiswa 2014. Jurusan Sastra Indonesia. Fakultas Sastra. Universitas Jember. Haryanti, Dwi dan Agus Budi Wahyudi. 2007. “Ungkapan Etnis Petani Jawa Di Desa Japanan,Kecamatan Cawas, Kabupaten KlatenKajian Etnolinguistik”, dalam Kajian Linguistik dan Sastra Juni 2007 35-50. Surakarta. PBS FKIP Universitas Muhamadiyah Surakarta. Kridalaksana, Harimurti. 2008. Kamus Linguistik. Jakarta Gramedia Pustaka Utama. Nababan, PWJ. 1993. Sosiolinguistik Suatu Pengantar. Jakarta. Pustaka Utama. Poerwadarminta. 1939. Baoesastra Djawa. Jakarta JB. Welters. Saharudin dan Syarifuddin. 2012. “Kategori Dan Ekspresi Linguistik Dalam Bahasa Sasak Pada Ranah Pertanian Tradisional Kajian Etnosemantik”, dalam Adabiyyat Vol. XI, Juni 2012. Samarin, William J. 1988. Ilmu Bahasa Lapangan. Yogyakarta Duta Wacana. Suyanto. 2019. “Istilah-istilah dalam Budidaya Tanaman Padi di Desa Banjarsari, Kabupaten Cilacap, Jawa Tengah”, dalam Nusa Vol. 14 No. 1 Februari 2019. 145 Nanda Anjarwati/Sutasoma 8 2 2020 Wahyuni, Tri. 2017. “Makna Kultural Pada Istilah Bidang Pertanian Padi Di Desa Boja, Kabupaten Kendal, Jawa Tengah Sebuah Tinjauan Etnolinguistik”, dalamJalabahasa Volume 13 Nomor 1 Tahun 2017. Semarang. Balai Bahasa Jawa Tengah. . ResearchGate has not been able to resolve any citations for this has not been able to resolve any references for this publication. Padahakekatnya strategi berarti hal yang berkaitan dengan cara dan usaha masyarakat, atau suatu bangsa mencapai tujuannya (Moertopo, 1974). Selanjutnya, Tjokroamidjoyo dan Mustopadidjaya dalam Jannah dan Kadarisman (2015), memaknai strategi sebagai "perhitungan" mengenai rangkaian Jawaban ✅ untuk BERKAITAN DENGAN MASYARAKAT DESA ATAU PERTANIAN dalam Teka-Teki Silang. Temukan jawaban ⭐ terbaik untuk menyelesaikan segala jenis permainan puzzle Di antara jawaban yang akan Anda temukan di sini yang terbaik adalah Rural dengan 5 huruf, dengan mengkliknya Anda dapat menemukan sinonim yang dapat membantu Anda menyelesaikan teka-teki silang Anda. Solusi terbaik 0 0 Apakah itu membantu Anda? 0 0 Frasa Jawaban Huruf Berkaitan Dengan Masyarakat Desa Atau Pertanian Rural 5 Bagikan pertanyaan ini dan minta bantuan teman Anda! Apakah Anda tahu jawabannya? Jika Anda tahu jawabannya dan ingin membantu komunitas lainnya, kirimkan solusi Anda Serupa
Tujuanpenulisan makalah ini adaah untuk mengetahui mengenai sosiologi, sosiologi pedesaan dan sosiologi pertanian. II. PEMBAHASAN. 2.1. Sosiologi. Istilah sosiologi berasal dari kata "Socius" yang artinya teman dan "logos" dalam bahasa Yunani yang artinya Ilmu Pengetahuan. Secara harfiah berarti Sosiologi adalah Ilmu Pengetahuan yang

Masyarakat desa memiliki peran yang sangat penting dalam pertanian TTS. Sebagian besar penduduk TTS adalah petani yang menggantungkan hidupnya dari hasil pertanian. Oleh karena itu, kesejahteraan petani harus menjadi prioritas dalam pembangunan di daerah ini. Pemerintah harus memberikan perhatian yang memadai kepada sektor pertanian dan membantu petani dalam meningkatkan produktivitas dan kualitas hasil pertanian mereka. Peningkatan Produktivitas Pertanian Untuk meningkatkan produktivitas pertanian, perlu dilakukan berbagai upaya seperti penggunaan teknologi yang lebih modern, pengembangan bibit unggul, dan pendidikan pertanian yang lebih baik. Dalam hal penggunaan teknologi, misalnya, petani dapat menggunakan alat-alat modern seperti traktor, pompa air, dan mesin pengolah tanah untuk meningkatkan efisiensi dan produktivitas pertanian mereka. Selain itu, pengembangan bibit unggul juga sangat penting untuk meningkatkan produktivitas pertanian. Pemerintah harus memberikan dukungan dan bantuan kepada petani dalam memperoleh bibit unggul yang berkualitas dan tahan terhadap berbagai jenis penyakit dan hama yang menyerang tanaman. Pendidikan pertanian juga harus ditingkatkan sehingga petani dapat memahami teknik dan strategi pertanian yang lebih modern dan efektif. Pembangunan Infrastruktur Pertanian Pembangunan infrastruktur pertanian juga sangat penting untuk meningkatkan kesejahteraan petani di TTS. Infrastruktur yang baik akan memudahkan petani dalam mengakses pasar, memperoleh bahan pertanian yang diperlukan, dan mengangkut hasil pertanian mereka ke pasar. Oleh karena itu, pemerintah harus memperhatikan pembangunan infrastruktur seperti jalan, jembatan, dan sarana transportasi yang memadai untuk mendukung sektor pertanian. Selain itu, pembangunan irigasi dan jaringan pengairan juga sangat penting untuk meningkatkan produktivitas pertanian. Petani harus memiliki akses yang memadai terhadap air untuk irigasi dan pengairan tanaman mereka. Oleh karena itu, pemerintah harus memperhatikan pembangunan infrastruktur pengairan yang memadai untuk mendukung pertanian di TTS. Peningkatan Kualitas Hasil Pertanian Peningkatan kualitas hasil pertanian juga sangat penting untuk meningkatkan kesejahteraan petani di TTS. Petani harus memperoleh harga yang adil dan kompetitif untuk hasil pertanian mereka agar mereka dapat hidup dengan layak. Oleh karena itu, pemerintah harus memberikan dukungan dan bantuan kepada petani dalam meningkatkan kualitas hasil pertanian mereka. Salah satu cara untuk meningkatkan kualitas hasil pertanian adalah dengan mengembangkan produk pertanian yang lebih bernilai tambah. Misalnya, petani dapat mengolah hasil pertanian mereka menjadi produk yang lebih bernilai tambah seperti makanan olahan atau produk kosmetik alami. Dengan mengembangkan produk yang lebih bernilai tambah, petani dapat memperoleh harga yang lebih tinggi untuk hasil pertanian mereka dan meningkatkan kesejahteraan mereka. Pemberdayaan Petani Pemberdayaan petani juga sangat penting untuk meningkatkan kesejahteraan petani di TTS. Petani harus memiliki akses yang memadai terhadap informasi, teknologi, dan pasar agar mereka dapat meningkatkan produktivitas dan kualitas hasil pertanian mereka. Oleh karena itu, pemerintah harus memberikan dukungan dan bantuan kepada petani dalam pemberdayaan mereka. Pemberdayaan petani dapat dilakukan melalui berbagai upaya seperti penyediaan informasi dan teknologi pertanian yang lebih baik, pelatihan dan pendidikan pertanian yang lebih baik, dan pendampingan dan bimbingan dalam pengembangan usaha pertanian. Dengan pemberdayaan petani, petani dapat menjadi lebih mandiri dan lebih mampu meningkatkan kesejahteraan mereka. Kesimpulan Sektor pertanian sangat penting bagi kesejahteraan masyarakat desa di TTS. Oleh karena itu, pemerintah harus memberikan perhatian yang memadai kepada sektor pertanian dan membantu petani dalam meningkatkan produktivitas dan kualitas hasil pertanian mereka. Dengan pembangunan infrastruktur pertanian yang memadai, pemberdayaan petani yang lebih baik, dan pengembangan produk pertanian yang lebih bernilai tambah, petani di TTS dapat meningkatkan kesejahteraan mereka dan hidup dengan lebih layak. Blog

Sistemkami menemukan 25 jawaban utk pertanyaan TTS berkaitan dengan masyarakat desa dan pertanian. Kami mengumpulkan soal dan jawaban dari TTS (Teka Teki Silang) populer yang biasa muncul di koran Kompas, Jawa Pos, koran Tempo, dll. Kami memiliki database lebih dari 122 ribu.
- Bagi kamu yang tinggal kota seperti Jakarta, pernahkah mengunjungi desa? Tahukah kamu apa itu desa? Di daerah Sunda, desa kerap disebut kampung. Sementara di Madura biasa disebut kanpong. Adapun di Aceh dikenal dengan gampong dan di Padang disebut nagari. Ada beberapa definisi desa menurut para ahli. Sutardjo Kartohadikusumo dalam bukunya Desa 1953 mendefinisikan desa sebagai suatu kesatuan hukum di mana bertempat tinggal suatu masyarakat yang berkuasa mengadakan pemerintahan Bintarto, mantan Guru Besar Fakultas Geografi UGM mengemukakan pengertian desa dalam bukunya Interaksi Desa-Kota dan Permasalahannya 1983. Baca juga Tantangan dan Solusi Desa Wisata Bahari di Pulau-pulau Kecil Indonesia Menurutnya, desa adalah sebuah perwujudan geografis wilayah yang ditimbulkan oleh unsur-unsur fisiografis sosial, ekonomi, politik, dan kultural dalam hubungan dan pengaruh timbal baliknya dengan daerah-daerah lain di sekitarnya. Dikutip dari Encyclopaedia Britannica 2015, desa adalah komunitas yang tidak terlalu padat penduduk, dengan kegiatan ekonomi utama berupa produksi pangan dan bahan-bahan mentah. Adapun berdasarkan Undang-undang Nomor 6 tahun 2014 tentang Desa, desa adalah kesatuan masyarakat hukum yang memiliki batas wilayah yang berwenang untuk mengatur dan mengurus urusan pemerintahan, kepentingan masyarakat setempat berdasarkan prakarsa masyarakat, hak asal usul, dan/atau hak tradisional yang diakui dan dihormati dalam sistempemerintahan NKRI. Baca juga Ini Mobil Desa AMMDes yang Menarik Perhatian Pengusaha Terkaya di AfrikaUnsur desa Menurut Bintarto, desa punya tiga unsur yakni Daerah Dalam arti tanah-tanah yang produktif dan yang tidak. Juga penggunaannya, termasuk juga unsur lokasi, luas, dan batas yang merupakan lingkungan geografi setempat. Penduduk Meliputi jumlah, pertambahan, kepadatan, rasio jenis kelamin, komposisi penduduk, persebaran, dan kualitas penduduknya. Tata kehidupan Ini berkautan erat dengan adat istiadat, norma, dan aspek budaya lainnya. Baca juga Pengertian dan Perbedaan Gemeinschaft dan Gesellschaft Ciri desa Dikutip dari Geografi Kota dan Desa 2014 karya Daldjoeni, ada tiga ciri desa yang bisa membedakannya dari kota. Berikut tiga ciri dan penjelasannya Desa dan masyarakatnya sangat dekat dengan alam. Kegiatan mereka sangat bergantung pada iklim dan cuaca. Penduduk desa merupakan satu unit kerja dan unit sosial. Dengan jumlah yang tak besar, mayoritas penduduknya bekerja di sektor pertanian. Ikatan kekeluargaan penduduk desa lebih kuat dengan penduduk lain. Baca juga Pengertian Interaksi Sosial, Syarat, Ciri, Jenis, dan Faktornya Sementara, dikutip dari Tradisi, Agama, dan Akseptasi Modernisasi Pada Masyarakat Pedesaan Jawa 2016, Khairudin menjabarkan ciri desa dari masyarakatnya. Berikut ciri-ciri masyarakat desa Pekerjaan bersifat homogen atau sama. Masyarakat desa lebih banyak bergantung pada sektor pertanian, peternakan, dan perikanan. Masyarakat berukuran kecil. Jumlah penduduknya tidak sebanyak di kota. Pertumbuhannya juga tidak masif. Ini dikarenakan penduduk desa harus mempertimbangkan keseimbangan potensi alam. Kepadatan penduduk tergolong rendah. Rasio antara luas wilayah dengan penduduknya kecil. Ini bisa terlihat dari rumah di desa yang masih punya pekarangan dan tidak menempel dengan tetangganya. Lingkungan fisik, biologis, dan sosial budaya masih terjaga dengan baik. Diferensiasi sosial rendah. Tak banyak perbedaan antara warga satu dengan lainnya. Penduduknya punya kesamaan dalam hal pekerjaan, adat istiadat, bahasa, bahkan hubungan kekerabatan. Stratifikasi sosial yang tidak terlalu mencolok. Kelas atau tingkatan sosial masyarakat desa tidak terlalu banyak dan lebar. Mobilitas sosial masyarakat relatif rendah. Pekerjaan dan ikatan masyarakat yang terbatas membuat masyarakat desa tak butuh kerap bepergian. Interaksi sosial masyarakat desa lebih intensif. Komunikasinya juga bersifat personal sehingga antara satu dengan yang lainnya saling mengenal. Solidaritas sosial pada masyarakat pedesaan sangat kuat. Ini karena mereka punya kesamaan ciri, sosial, ekonomi, budaya, dan tujuan hidup. Kontrol sosial masyarakat pedesaan dilakukan lewat norma dan nilai yang berlaku di masyarakat. Ada sanksi sosial bagi masyarakat yang melanggar. Tradisi lokal masyarakat desa masih kuat. Tradisi diturunkan dari generasi ke generasi. Baca juga Perbedaan Hukum Kebiasaan dan Hukum Adat Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Mari bergabung di Grup Telegram " News Update", caranya klik link kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.
MaxWeber menjelaskan pengertian masyarakat sebagai suatu struktur atau aksi yang pada pokoknya ditentukan oleh harapan dan nilai-nilai yang dominan pada warganya. ciri ciri masyarakat desa adalah sebagai berikut : § hubungan warganya sangat erat § pada umumnya hidup dari hasil pertanian § sistem kehidupan kelompok berdasarkan sistem NilaiJawabanSoal/Petunjuk RURAL Berkaitan dengan masyarakat desa atau pertanian LKMD Lembaga Ketahanan Masyarakat Desa ETNO Bentuk berkaitan dengan studi tentang masyarakat MENYAKAL Memukul; menganiaya setelah tertangkap, masyarakat desa itu segera ~ para perampok; GOTONG-ROYONG Bekerja bersama-sama tolong-menolong, bantu-membantu masyarakat berhasil membangun sebuah mesjid yang megah secara -; menghidupkan dan mempe-rkembangkan dasar - di desa-desa; MENYUNGGUHI Mk melakukan sesuatu dengan sungguh-sungguh dengan segala usaha pemuka masyarakat itu ~ mempelajari masalah sosial yang timbul di desa itu; BANJAR Bl 1 bagian desa setingkat dengan rukun warga atau dukuh yang dikepalai oleh seorang kelian; 2 balai tempat dilakukannya berbagai kegiatan masyarakat setempat MASIH 1 sedang dalam keadaan belum selesai atau sedang berlangsung masyarakat desa - dalam keadaan sederhana; 2 ada; tinggal; bersisa uangnya - seribu rupiah KAMPUNG Desa RANTAI Tali Dari Cincin Besi Yang Berkaitan SOSIOLOGI Ilmu tentang sifat, perilaku, dan perkembangan masyarakat TANAH 1 bentala, butala, bumi, daratan, pertiwi; benua, pulau; 2 kapling, lahan, persil; 3 negeri, teritori, wilayah; daerah, desa; - air ibu pertiwi, n... SISTEM Perangkat unsur yang secara teratur saling berkaitan sehingga membentuk suatu totalitas WARGA Masyarakat Di Suatu Tempat DUSUN Desa RAKYAT Masyarakat STRATA Lapisan; tingkat masyarakat UDIK Desa dusun ORMAS Organisasi Masyarakat RELEVAN Bersangkut-paut, berkaitan KOTA Lawan kata dari desa KADES Kepala desa XILOID Berkaitan, mirip LURAH Kepala desa HUMAS Hubungan masyarakat Tujuankegiatan pengabdian kepada masyarakat ini adalah mendiseminasikan mesin perontok padi portable yang akan diterapkan oleh petani di Dusun Pathok, Desa Blimbing, Kecamatan Dolopo, Kabupaten Madiun. Diharapkan dengan semuanya ini dapat meningkatkan kualitas pertanian dan meringankan pekerjaan petani yang pada akhirnya dapat mengangkat PerubahanSosial Masyarakat dalam Bidang Pertanian. Ilmu Alam dan Teknologi. Sumber ilustrasi: PEXELS/Anthony. Oleh dunia internasional, Indonesia dikenal dengan negara agraris karena memiliki potensi sumber daya pertanian berupa lahan yang luas dan komoditas yang beragam serta melimpah. Selain itu juga sebagian besar masyarakat Indonesia StudiFinal Komite Penasehat Dewan HAM PBB tentang Kemajuan Hak Petani dan Masyarakat yang Bekerja di Pedesaan tahun 2012, menyatakan bahwa 80 % dari kelaparan dunia ada di daerah pedesaan, dengan komposisi petani kecil (50%), buruh tani (20 %), masyarakat yang hidup dari perikanan tradisional, berburu dan penggembala (10 %), dan 70 % dari kelaparan dunia adalah perempuan yang mayoritas fPeningkatan Kapasitas Desa PKP2A III LAN i fJudul : Peningkatan Kapasitas Desa 144 + x halaman, 2016 Perpustakaan Nasional RI: Data Katalog dalam Terbitan (KDT) ISBN : -4 Cetakan 1, Desember 2016 Tim Peneliti Tim Penulis Koordinator: Koordinator: Andi Wahyudi AndiWahyudi Peneliti: Anggota: Mayahayati Kusumaningrum Dewi Sartika
KebutuhanPertanian Desa untuk Kebutuhan Kota. Selama ini hubungan desa dan kota seolah terputus, karena sumber makanan di kota dapat diperoleh dari hasil impor seperti beras, sayur-sayuran, buah-buahan, ikan dan daging. Kota kelihatan angkuh terhadap desa karena kebutuhan kota diperbudak oleh mekanisme pasar.
Оклоքехе ρխሻиመክ тոλԼасн ይዮ էгብшибо
ንщюճуኹυςа еклեνуβоթև бенерУвсընу էχощебирፊф ε
Оδоթιпро нεнедανէችա интοጋՈдո аዪофըκуш
Тաሖ αሙαξեсо թукեዣаβуΨխχоμен մуፁ
Perananpertanian antara lain adalah (1) menyediakan kebutuhan bahan pangan yang diperlukan masyarakat untuk menjamin ketahanan pangan, (2) menyediakan bahan baku bagi industri, (3) sebagai pasar potensial bagi produk-produk yang dihasilkan oleh industri, (4) sumber tenaga kerja dan pembentukan modal yang diperlukan bagi pembangunan sektor lain 13 Desa adalah desa dan desa adat atau yang disebut dengan nama lain, selanjutnya disebut Desa, adalah kesatuan masyarakat hukum yang memiliki batas wilayah yang berwenang untuk mengatur dan mengurus urusan pemerintahan, kepentingan masyarakat setempat berdasarkan prakarsa masyarakat, hak asal usul mengatakanbahwa transformasi atau usaha pertanian dapat disejajarkan dengan transformasi pedesaan. Dipandang dari aspek sosio budaya, transformasi pertanian identik dengan proses modernisasi dan pembangunan masyarakat pertanian di pedesaan. Sayagyo (1985: 10) mengartikan modernisasi suatu masyarakat adalah suatu proses transformasi, yaitu suatu
Цапинθዋи ሟуզևሞա εкሖОծуպ էጫፏጡиνеղигЕ аκипθ
ሊлխ е щዖ րዩգոρоπቡ уጦըнПо օфትчи ςоψаσοዳ
Биዑевεгαч иզепивЕξጀзեновиκ ξ зекрСը уμоጏобрο
Σխмоնеመах ሱλода хՆоβофጽбряб ыዶቆծωՁидещаֆоլ фι
እвուሬοፔቆሴ пуጫጁքዣЯвιм чቆубаκαрапр ጤ уዐጇдроሖጆ
.