🌧️ Untuk Memahami Segala Sesuatu Yang Ghaib Hendaknya Dilandasi Dengan

Untukmembongkar mitos diperlukan pikiran yang jernih serta hati yang jernih pula serta tidak tertinggal dilandasi dengan spiritual yang tinggi. Misteri yang ghaib hanya dapat dipecahkan dengan keyakinan karena yang ghaib tidak dapat dipecahkan secara rasional. Secara umum filsafat berarti upaya manusia untuk memahami segala sesuatu secara
Di antara perkara pokok dalam agama dan fragmen pecah pondasi iman adalah masalah keyakinan kita kepada perkara-perkara ghaib yang hanya diketahui oleh Allah Subhanahu wa Ta’ala. Lain ada satu sekali lagi makhluk yang mengetahui perkara yang ghaib, terjadwal berusul kalangan rasul dan nabi kecuali karena Allah memang berkehendak bagi memberitahunya sebagian kecil berusul perkara yang ghaib. Percaya kepada yang ghaib merupakan perkara fundamental dalam Islam. Tulisan ini akan meributkan secara ringkas mengenai signifikansi hal ghaib, iman kepadanya, dali-dalil yang mewajibkannya, urgensinya, hikmah dan buah-buahnya serta jenis-keberagaman perkara nan ghaib. Tak lupa diberikan juga contoh mulai sejak iman kepada yang ghaib buat memperjelas gambarannya. Pengertian Ghaib Berikut ini penjelasan semenjak pengertian ghaib dilihat berpangkal segi bahasa atau istilah Ghaib secara bahasa Al-Ghaib secara bahasa yaitu barang apa cuma nan siluman berusul diri engkau alias tidak terlihat oleh ain biarpun dirasakan oleh hati. Ghaib secara istilah Menurut Syaikh Abdul Dermawan Utsman, yang dimaksud dengan perkara yang ghaib adalah Segala apa yang tidak terjangkau oleh indera ataupun apa yang bisa diketahui oleh makhluk melalui analisa pemikirannya atau beralaskan berita yang andal pecah Allah dan Nabi-Nya atau apa nan tegar menjadi rahasia yang tersembunyi yang tidak mana tahu diketahui oleh anak adam dan enggak ada nan mencerna kecuali semata-mata Tuhan Yang Maha Lembut Lagi Maha Mengetahui.[i] Makna Iman Kepada Hal Ghaib Iman kepada nan ghaib berarti membenarkan perkara-perkara ghaib yang lain diketahui oleh indera manusia dan namun kita ketahui melalui berita wahyu yang dikirim kepada para Nabi dan Allah Azza wa Jalla Maha Memaklumi segala yang tersembunyi dan segala saja yang akan terjadi.[ii] Baca pula Hikmah Iman Kepada Hari Akhir Dalil Adapun Iman Kepada Peristiwa Ghaib Dalam Al Quran Di dalam Al-Quran terdapat banyak ayat yang membersihkan tentang iman kepada yang ghaib atau mengirik kepada Allah, atau menolong Yang mahakuasa dan Utusan tuhan-Nya padahal lain dapat mengintai Allah. Di antaranya adalah sebagai berikut[iii] Al-Baqarah 3 الَّذِينَ يُؤْمِنُونَ بِالْغَيْبِ وَيُقِيمُونَ الصَّلَاةَ وَمِمَّا رَزَقْنَاهُمْ يُنْفِقُونَ merupakan mereka yang beriman kepada yang ghaib, yang mendirikan shalat, dan menafkahkan sebahagian rezeki yang Kami anugerahkan kepada mereka. Al-Maidah 94 يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا لَيَبْلُوَنَّكُمُ اللَّهُ بِشَيْءٍ مِنَ الصَّيْدِ تَنَالُهُ أَيْدِيكُمْ وَرِمَاحُكُمْ لِيَعْلَمَ اللَّهُ مَنْ يَخَافُهُ بِالْغَيْبِ ۚ فَمَنِ اعْتَدَىٰ بَعْدَ ذَٰلِكَ فَلَهُ عَذَابٌ أَلِيمٌ Hai makhluk-orang yang beriman, sesungguhnya Halikuljabbar akan menguji sira dengan sesuatu berpokok hewan buruan yang mudah didapat maka itu tangan dan tombakmu meski Tuhan mengetahui orang yang takut kepada-Nya, biarpun ia enggak dapat melihat-Nya. Dagangan boleh jadi yang melanggar batas sesudah itu, maka baginya azab nan pedih. Al-Anbiya’ 49 الَّذِينَ يَخْشَوْنَ رَبَّهُمْ بِالْغَيْبِ وَهُمْ مِنَ السَّاعَةِ مُشْفِقُونَ merupakan orang-orang yang agak kelam akan azab Allah mereka, sedang mereka tidak melihat-Nya, dan mereka merasa menggermang akan tibanya musim yaumudin. Fathir 18 وَلَا تَزِرُ وَازِرَةٌ وِزْرَ أُخْرَىٰ ۚ وَإِنْ تَدْعُ مُثْقَلَةٌ إِلَىٰ حِمْلِهَا لَا يُحْمَلْ مِنْهُ شَيْءٌ وَلَوْ كَانَ ذَا قُرْبَىٰ ۗ إِنَّمَا تُنْذِرُ الَّذِينَ يَخْشَوْنَ رَبَّهُمْ بِالْغَيْبِ وَأَقَامُوا الصَّلَاةَ ۚ وَمَنْ تَزَكَّىٰ فَإِنَّمَا يَتَزَكَّىٰ لِنَفْسِهِ ۚ وَإِلَى اللَّهِ الْمَصِيرُ Dan anak adam nan berdosa tak akan menggalas dosa orang lain. Dan sekiranya seseorang yang berat dosanya menyebut manusia lain bagi memikul dosanya itu tiadalah akan dipikulkan untuknya sedikitpun meskipun nan dipanggilnya itu kaum kerabatnya. Sesungguhnya yang bisa dia pasrah peringatan doang orang-sosok yang takut kepada azab Tuhannya sekalipun mereka bukan melihat-Nya dan mereka mendirikan beribadat. Dan barangsiapa yang mensucikan dirinya, sepantasnya ia mensucikan diri untuk kebaikan dirinya seorang. Dan kepada Allahlah kembalimu. Yasin 11 إِنَّمَا تُنْذِرُ مَنِ اتَّبَعَ الذِّكْرَ وَخَشِيَ الرَّحْمَٰنَ بِالْغَيْبِ ۖ فَبَشِّرْهُ بِمَغْفِرَةٍ وَأَجْرٍ كَرِيمٍ Sesungguhnya ia hanya memberi peringatan kepada makhluk-sosok nan cak hendak mengikuti peringatan dan nan takut kepada Allah Yang Maha Pemurah meskipun beliau tidak melihatnya. Maka berilah mereka pengumuman gembira dengan maaf dan pahala nan mulia. Qaf 33 مَنْ خَشِيَ الرَّحْمَٰنَ بِالْغَيْبِ وَجَاءَ بِقَلْبٍ مُنِيبٍ Yakni orang yang takut kepada Tuhan Yang Maha Pemurah sedang Beliau tidak kelihatan olehnya dan anda menclok dengan lever yang bertaubat, [Qaf 33] Al-Hadid 25 لَقَدْ أَرْسَلْنَا رُسُلَنَا بِالْبَيِّنَاتِ وَأَنْزَلْنَا مَعَهُمُ الْكِتَابَ وَالْمِيزَانَ لِيَقُومَ النَّاسُ بِالْقِسْطِ ۖ وَأَنْزَلْنَا الْحَدِيدَ فِيهِ بَأْسٌ شَدِيدٌ وَمَنَافِعُ لِلنَّاسِ وَلِيَعْلَمَ اللَّهُ مَنْ يَنْصُرُهُ وَرُسُلَهُ بِالْغَيْبِ ۚ إِنَّ اللَّهَ قَوِيٌّ عَزِيزٌ Sesungguhnya Kami sudah lalu mengutus rasul-nabi Kami dengan membawa bukti-bukti yang nyata dan telah Kami turunkan bersama mereka Al Kitab dan neraca keadilan supaya sosok dapat melaksanakan keadilan. Dan Kami ciptakan besi yang padanya terdapat kekuatan yang hebat dan bermacam-macam kelebihan bagi anak adam, meski mereka mempergunakan ferum itu dan kendati Allah mencerna mungkin yang menolong agamaNya dan rasul-nabi-Nya padahal Allah lain dilihatnya. Sepatutnya ada Almalik Maha Awet kembali Maha Perkasa. Al-Mulk 12 إِنَّ الَّذِينَ يَخْشَوْنَ رَبَّهُمْ بِالْغَيْبِ لَهُمْ مَغْفِرَةٌ وَأَجْرٌ كَبِيرٌ Sebenarnya orang-khalayak nan takut kepada Tuhannya Yang tidak nampak maka dari itu mereka, mereka akan memperoleh ampunan dan pahala yang raksasa. Baca juga Biji zakar Iman Kepada Qadha’ dan Qadar Hukum Berkeyakinan Kepada Peristiwa Ghaib Iman kepada yang ghaib yang diberitakan oleh Almalik Subhanahu wa Ta’ala atau diberitakan oleh Rasul-Nya ﷺ adalah perkara mesti atas setiap Muslim dan Muslimah minus perlu bukti yang berperilaku inderawi atau kesaksian. Yang mahakuasa Ta’ala berfirman momen memberikan penjelasan mengenai ciri-ciri orang-orang yang beriman, الَّذِينَ يُؤْمِنُونَ بِالْغَيْبِ وَيُقِيمُونَ الصَّلَاةَ وَمِمَّا رَزَقْنَاهُمْ يُنْفِقُونَ yakni mereka yang beriman kepada yang ghaib, nan mendirikan shalat, dan menafkahkan sebahagian rezeki yang Kami anugerahkan kepada mereka. [Al-Baqarah 3][iv] Neko-neko Kejadian Ghaib Perkara nan ghaib itu suka-suka dua macam, yaitu ghaib mutlak yang hanya Yang mahakuasa Ta’ala semata-mata yang mengetahuinya dan ghaib relatif yang terkadang sebagian berbunga hamba mengetahuinya. Penjelasannya ibarat berikut 1. Ghaib Mutlak Allah Subhanahu wa Ta’ala telah menafikan adanya manusia nan mengetahui perkara ghaib dan hanya mengecualikan diri-Nya sendiri yang mengetahuinya. Nan dimaksud dengan hal ini adalah ghaib mutlak. Ghaib mutlak itu lain akan mungkin diketahui makanya koteng makhluk pun. Hal ini berdasarkan firman Almalik Ta’ala, وَمَا كَانَ اللَّهُ لِيُطْلِعَكُمْ عَلَى الْغَيْبِ Dan Allah sekali-kali tak akan memperlihatkan kepada beliau hal-hal yang ghaib, [Ali Imran 179] قُلْ لَا يَعْلَمُ مَنْ فِي السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضِ الْغَيْبَ إِلَّا اللَّهُ ۚ وَمَا يَشْعُرُونَ أَيَّانَ يُبْعَثُونَ Katakanlah “Tidak ada seorangpun di langit dan di bumi yang mencerna perkara nan ghaib, kecuali Allah”, dan mereka tidak memafhumi bila mereka akan dibangkitkan. [An-Naml 65] قُلْ لَا أَقُولُ لَكُمْ عِنْدِي خَزَائِنُ اللَّهِ وَلَا أَعْلَمُ الْغَيْبَ Katakanlah Aku lain mengatakan kepadamu, bahwa perbendaharaan Allah terserah padaku, dan tidak pula aku mengetahui yang ghaib [Al-An’am 50] وَعِنْدَهُ مَفَاتِحُ الْغَيْبِ لَا يَعْلَمُهَا إِلَّا هُوَ ۚ وَيَعْلَمُ مَا فِي الْبَرِّ وَالْبَحْرِ ۚ وَمَا تَسْقُطُ مِنْ وَرَقَةٍ إِلَّا يَعْلَمُهَا وَلَا حَبَّةٍ فِي ظُلُمَاتِ الْأَرْضِ وَلَا رَطْبٍ وَلَا يَابِسٍ إِلَّا فِي كِتَابٍ مُبِينٍ Dan pada sisi Sang pencipta-lah kunci-kunci semua yang ghaib; tidak terserah yang mengetahuinya kecuali Kamu sendiri, dan Dia mengetahui segala yang di daratan dan di lautan, dan tiada sehelai patera sekali lagi nan gugur melainkan Dia mengetahuinya kembali, dan tak jatuh sebiji biji-pun n domestik kesamaran dunia, dan tak sesuatu yang basah atau yang kering, melainkan tertulis intern kitab nan berupa Lauh Mahfudz” [Al-An’am 59] قُلْ لَا أَمْلِكُ لِنَفْسِي نَفْعًا وَلَا ضَرًّا إِلَّا مَا شَاءَ اللَّهُ ۚ وَلَوْ كُنْتُ أَعْلَمُ الْغَيْبَ لَاسْتَكْثَرْتُ مِنَ الْخَيْرِ Katakanlah “Aku tidak berkuasa menjujut kemanfaatan bagi diriku dan bukan pun menolak kemudharatan kecuali yang dikehendaki Allah. Dan sekiranya aku memahami yang ghaib, tentulah aku membuat kebajikan sebanyak-banyaknya [Al-A’raf 188] وَقَالَ الَّذِينَ كَفَرُوا لَا تَأْتِينَا السَّاعَةُ ۖ قُلْ بَلَىٰ وَرَبِّي لَتَأْتِيَنَّكُمْ عَالِمِ الْغَيْبِ ۖ لَا يَعْزُبُ عَنْهُ مِثْقَالُ ذَرَّةٍ فِي السَّمَاوَاتِ وَلَا فِي الْأَرْضِ وَلَا أَصْغَرُ مِنْ ذَٰلِكَ وَلَا أَكْبَرُ إِلَّا فِي كِتَابٍ مُبِينٍ Dan anak adam-hamba allah nan kafir merenjeng lidah “Hari berbangkit itu tidak nanti kepada kami”. Katakanlah “Pasti datang, demi Tuhanku Yang Mengetahui yang ghaib, sesungguhnya yaumul itu pasti akan hinggap kepadamu. Lain ada tersembunyi daripada-Nya sebesar zarrahpun yang cak semau di langit dan yang ada di bumi dan bukan ada kembali yang lebih kecil dari itu dan nan bertambah segara, melainkan tersebut internal Kitab yang nyata Lauh Mahfuzh”, [Saba’ 3] وَلِلَّهِ غَيْبُ السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضِ وَإِلَيْهِ يُرْجَعُ الْأَمْرُ كُلُّهُ Dan kepunyaan Sang pencipta-lah segala apa nan ghaib di langit dan di bumi dan kepada-Nya-lah dikembalikan urusan-urusan semuanya, [Hud 123] وفي صحيح مسلم من حديث عائشة قالت ومن زعم أنه ـ يعني رسول الله صلى الله عليه وسلم ـ يخبر بما يكون في غد، فقد أعظم على الله الفرية، والله يقول قُلْ لا يَعْلَمُ مَنْ فِي السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضِ الْغَيْبَ إِلَّا اللَّهُ {النمل65}. Di dalam Shahih Muslim terbit hadits Aisyah dia berkata, “Mungkin yang menyatakan bahwa Rasulullah ﷺ boleh memberitahukan barang apa nan akan terjadi pada perian esok maka alangkah telah melakukan kedustaan raksasa kepada Allah. Sang pencipta befirman, Katakanlah “Tak ada seorangpun di langit dan di marcapada yang mengetahui perkara yang ghaib, kecuali Tuhan”, [An-Naml 65] 2. Ghaib Nisbi Adapun ghaib nisbi, terkadang sebagian turunan, baik itu malaikat atau nabi mengetahuinya dengan pengetahuan dari Allah Ta’ala kepada mereka. Terkadang sebagian bersumber Jin mendengar perkara ghaib dengan mencuri tangkap suara ketika para Malaikat berbicara tentang hal itu. Allah Ta’ala berfirman, عَالِمُ الْغَيْبِ فَلَا يُظْهِرُ عَلَىٰ غَيْبِهِ أَحَدًا إِلَّا مَنِ ارْتَضَىٰ مِنْ رَسُولٍ فَإِنَّهُ يَسْلُكُ مِنْ بَيْنِ يَدَيْهِ وَمِنْ خَلْفِهِ رَصَدًا Kamu adalah Halikuljabbar Yang Mengetahui yang ghaib, maka Ia tidak memperlihatkan kepada seorangpun tentang yang ghaib itu. Kecuali kepada nabi yang diridhai-Nya, maka sesungguhnya Ia mengadakan penjaga-penjaga malaikat di tampang dan di belakangnya. [Jin 26-27] Ibnu Katsir mengatakan, “Hal ini mencaplok rasul, malaikat dan sosok.” Termasuk juga dalam hal ghaib nisbi adalah pemberitaan Allah Ta’ala kepada malaikat mengenai kejadian embrio. Sepatutnya ada hal itu telah mengeluarkannya terbit distrik ghaib mutlak dan menjadi daerah ghaib nisbi.[v] Baca juga Makna Iman Kepada Malaikat Karakteristik Hal Ghaib Karakteristik dari hal ghaib dijelaskan oleh Dr. Bassam Ali Salamah Al-Amus misal berikut Penguasaan secara mendunia terhadap ilmu ghaib adalah adalah kekhususan Allah Subhanahu wa Ta’ala. Dalam hal ini, manusia tidak disiapkan bikin memahami hal yang ghaib kecuali sedikit dan itu kembali mereka yang diberi pengetahuan oleh Allah Ta’ala bukan karena mereka n kepunyaan kemampuan sendiri mengarifi perkara yang ghaib, tapi karena Allah Ta’ala yang menjatah tahu mereka. Hal ini sebagaimana firman Allah Ta’ala, قُلْ لَا أَمْلِكُ لِنَفْسِي نَفْعًا وَلَا ضَرًّا إِلَّا مَا شَاءَ اللَّهُ ۚ وَلَوْ كُنْتُ أَعْلَمُ الْغَيْبَ لَاسْتَكْثَرْتُ مِنَ الْخَيْرِ Katakanlah “Aku enggak berwenang menyedot kemanfaatan bagi diriku dan tidak lagi mendorong kemudharatan kecuali yang dikehendaki Allah. Dan sekiranya aku memaklumi yang ghaib, tentulah aku membuat kebajikan sebanyak-banyaknya. [Al-A’raf 188] قُلْ لَا أَقُولُ لَكُمْ عِنْدِي خَزَائِنُ اللَّهِ وَلَا أَعْلَمُ الْغَيْبَ Katakanlah Aku tak mengatakan kepadamu, bahwa perbendaharaan Tuhan ada padaku, dan tak pun aku mengetahui yang ghaib [Al-An’am 50] وَعِنْدَهُ مَفَاتِحُ الْغَيْبِ لَا يَعْلَمُهَا إِلَّا هُوَ ۚ وَيَعْلَمُ مَا فِي الْبَرِّ وَالْبَحْرِ ۚ وَمَا تَسْقُطُ مِنْ وَرَقَةٍ إِلَّا يَعْلَمُهَا وَلَا حَبَّةٍ فِي ظُلُمَاتِ الْأَرْضِ وَلَا رَطْبٍ وَلَا يَابِسٍ إِلَّا فِي كِتَابٍ مُبِينٍ Dan plong jihat Allah-lah sosi-ki akal semua yang ghaib; tidak terserah yang mengetahuinya kecuali Kamu sendiri, dan Engkau mengetahui apa yang di daratan dan di segara, dan tiada sehelai daun pula yang ringgis melainkan Dia mengetahuinya pula, dan bukan jebluk sebutir skor-sekali lagi dalam kegelapan manjapada, dan lain sesuatu yang basah atau yang kering, melainkan terjadwal dalam kitab nan berwujud Lauh Mahfudz” [Al-An’am 59] قُلْ لَا يَعْلَمُ مَنْ فِي السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضِ الْغَيْبَ إِلَّا اللَّهُ ۚ وَمَا يَشْعُرُونَ أَيَّانَ يُبْعَثُونَ Katakanlah “Tidak ada seorangpun di langit dan di dunia yang memafhumi perkara yang ghaib, kecuali Tuhan”, dan mereka tidak mengetahui bila mereka akan dibangkitkan. [An-Naml 65] Manusia tidak satu-satunya makhluk yang lain diberi akses untuk mengarifi perkara ghaib mutlak. Malaikat dan jin pun juga tidak mengetahui ghaib mutlak sungguhpun mereka terkadang mengetahui apa yang tidak kita ketahui karena ini persoalan yang nisbi. Hal ini begitu juga firman Allah, فَلَمَّا قَضَيْنَا عَلَيْهِ الْمَوْتَ مَا دَلَّهُمْ عَلَى مَوْتِهِ إِلَّا دَابَّةُ الْأَرْضِ تَأْكُلُ مِنسَأَتَهُ فَلَمَّا خَرَّ تَبَيَّنَتِ الْجِنُّ أَن لَّوْ كَانُوا يَعْلَمُونَ الْغَيْبَ مَا لَبِثُوا فِي الْعَذَابِ الْمُهِينِ -١٤- Maka saat Kami telah Menjadwalkan kematian atasnya Sulaiman, tidak ada yang menunjukkan kepada mereka kematiannya itu kecuali kiyek yang meratah tongkatnya. Maka ketika ia mutakadim tersungkur, tahulah jin itu bahwa seandainya mereka mengetahui yang gaib tentu mereka tak setia dalam siksa yang ki memberaki. [Saba’ 14] Sesungguhnya amanat manusia mengenai perkara ghaib bukanlah termasuk bagian berpunca kejadian yang mesti ada demi kepemimpinan tugas sebagai khalifah di buka dunia. Andaikan kejadian itu merupakan sebuah keharusan maka Almalik pasti akan takhlik mereka mengetahui yang ghaib karena Allah sudah memberati mereka untuk menjadi khilafah di muka bumi dan menyediakan cak bagi mereka segala nan moga demi kekhilafahan ini. Andaikan mencerna yang ghaib itu merupakan tuntutan yang terlazim ada demi tugas umpama khalifah di muka bumi darurat Almalik tidak memberi manusia informasi tersebut, niscaya hal itu yakni beban yang bukan dapat dipikul. Dan tidak mungkin Almalik Ta’ala seperti itu. Porsi yang sedikit saja dari perkara ghaib yang Allah beritahukan kepada sebagian makhluk-Nya yaitu tuntutan spirit bakal merealisasikan ujian yang merupakan intensi Allah menciptakan makhluk. Di antara perkara ghaib yang dibuka sedikit ini adalah kabar berita yang disampaikan oleh Rasulullah ﷺ sebagai bukti-bukti kebenaran kenabiannya. [vi] Baca juga Penjelasan Iman Kepada Allah Urgensi Iman Kepada Peristiwa Ghaib Urgensi berpangkal iman kepada keadaan ghaib adalah bahwa iman kepada yang ghaib itu yakni karakteristik manusia yang membedakannya dari makhluk tak di pataka waujud ini. Kejadian itu karena hewan-satwa juga bisa memafhumi situasi-hal yang bisa diindera sebagaimana orang. Adapun perkara ghaib, maka cuma anak adam saja yang diberi kemampuan buat beriman kepadanya, tidak sebagaimana hewan-fauna tersebut. Oleh balasannya, iman kepada yang ghaib merupakan salah suatu pilar asasi dari pilar-pilar iman intern agama-agama samawi seluruhnya. Syariat telah cak bertengger dengan banyak perkara ghaib yang tidak terserah jalan bagi insan kerjakan mengetahuinya kecuali melewati wahyu yang sudah lalu loyal di dalam al-Kitab dan As-Sunnah seperti hadits tentang Allah Ta’ala, sifat-sifat-Nya dan perbuatan-Nya. Demikian juga tentang langit yang tujuh dan segala apa sahaja yang ada di dalamnya, adapun para malaikat dan para nabi, surga dan neraka, setan, jin dan enggak-lain yang termasuk dalam hakikat-hakikat iman yang bersifat ghaib yang tidak ada kronologi lakukan mengetahuinya dan memiliki mantra tentangnya kecuali melintasi berita yang benar berpangkal Allah dan Rasul-Nya.[vii] Iman kepada yang ghaib itu merupakan asas iman. Nabi ﷺ tidak menyeru kecuali menuju iman kepada yang ghaib. Allah Ta’ala itu ghaib, malaikat itu ghaib, ruh manusia itu ghaib, kekuatan itu ghaib, ki kesulitan itu ghaib, barzakh itu ghaib, Hari Ahhir itu ghaib, Periode Kebangkitan itu ghaib, Shirat itu ghaib, surga itu ghaib dan neraka itu ghaib. Semuanya merupakan perkara besar yang menjadi akhir berpokok nasib manusia.[viii] Hikmah Beriman Kepada Hal Ghaib Di antara hikmah dari beriman kepada nan ghaib merupakan bahwa iman kepada yang ghaib ini menjadi ujian bagi manusia. Tentamen ini akan menimbang sepanjang mana kedalam iman seseorang dan hakikat iman seseorang kepada yang ghaib. Persoalannya tidak sekadar sekedar memahami adanya perkara ghaib dan mempercayainya. Sekadar nan terbiasa diperhatikan adalah persoalan pengaruh dan perasaan hakiki terhadap perkara yang ghaib ini. Oleh kesudahannya, ihsan yang merupakan tinggi iman nan paling janjang adalah Anda beribadah kepada Allah seakan – akan anda mengawasi-Nya. Artinya, fungsi perasaan anda kepada nan ghaib menjadikan Allah Subhanahu wa Ta’ala berada dihadapanmu seolah-olah terbantah nyata. Di antara hikmah Allah Ta’ala menutup dirinya dari manusia adalah sebagai ujian. Ini yakni hikmah Allah yang sangat tinggi yang tidak memberitahukan kepada kepada kita akan halnya persoalan ghaib kecuali sedikit saja. Perwujudan ubudiah penghambaan kepada Allah menuntut adanya sikap tunduk kepada perintah-Nya secara mahajana atau istimewa, tunduk kepada Allah Ta’ala ketika Halikuljabbar Ta’ala mengerudungi diri-Nya seorang dari manusia. Oleh hasilnya, orang-orang atheis menjorokkan hikmah ini. Mereka bersikap takabur, menentang dan menuntut untuk menyibuk Sang pencipta. Almalik Ta’ala berucap, وَقَالَ الَّذِينَ لَا يَرْجُونَ لِقَاءنَا لَوْلَا أُنزِلَ عَلَيْنَا الْمَلَائِكَةُ أَوْ نَرَى رَبَّنَا Dan orang-makhluk nan bukan mengharapkan pertemuan dengan Kami di alam baka berbicara, “Mengapa bukan para malaikat yang diturunkan kepada kita atau mengapa kita bukan mematamatai Tuhan kita?” [Al-Furqan 21] Sedangkan orang-orang Yahudi menuntut Musa alaihis salam hendaknya Sang pencipta menampakkan diri-Nya وَإِذْ قُلْتُمْ يَا مُوسَى لَن نُّؤْمِنَ لَكَ حَتَّى نَرَى اللَّهَ جَهْرَةً فَأَخَذَتْكُمُ الصَّاعِقَةُ وَأَنتُمْ تَنظُرُونَ -٥٥- Dan ingatlah detik kamu berkata, “Wahai Musa! Kami tidak akan percaya kepadamu sebelum kami melihat Allah dengan jelas, “ maka halilintar menyambarmu, sedang anda menyaksikan. [Al-Baqarah 55][ix] Baca sekali lagi Penjelasan Iman Kepada Kitab Allah Biji pelir Iman Kepada Kejadian Ghaib Terdapat banyak biji zakar beriman kepada yang ghaib, di antaranya sebagai berikut Membentuk ketentraman hati dan ketenangan semangat. Terbebas dari berbagai khurafat nan menyesatkan serta berbagai syahadat dusta. Adanya perasaan Alah Ta’ala senantiasa hadir di setiap kondisi dan keadaan. Mengecualikan insan dari metafisika kebendaan yang tidak menerima eksistensi perkara yang ghaib. Membebaskan akal dari sibuk dengan perkara-perkara ghaib nan tidak akan mampu dijangkau oleh akal dan bisa difokuskan kepada tugas-tugas kepemimpinan di durja bumi dan menyejahterakan bumi ini. Terus menerus taat kepada Yang mahakuasa dengan melaksanakan ibadah-ibadah dengan beragam jenisnya. Menjauhi maksiat dan kemungkaran baik yang berwujud perkataan maupun perbuatan. Lunak terhadap berbagai musibah di dunia ini serta deritanya. Sintesis antara bekerja bikin dunia ini dan mempersiapkan diri untuk darul baka yakni sesuatu yang mempengaruhi perilaku cucu adam dan mahajana.[x] Komplet Iman Kepada Hal Ghaib Perkara ghaib itu banyak sekali. Namun kembalinya merupakan kepada rukun iman yang enam.[xi] Dengan demikian, contoh iman kepada yang berjasa adalah beriman kepada rukun iman yang enam tersebut. Namun buat konseptual praktis, perlu ada gambaran perilaku yang lahir dari iman kepada nan ghaib, Al Imam Abul Faraj Abdurrahman Ibnul Jauzi rahimahullah w. 597 H menjelaskan sebuah cerita mengenai seorang penggembala embek yang amanah. Dalam kisah ini terdapat contoh nyata tentang perilaku mulia yang ialah buah dari beriman kepada nan ghaib Nafi’ Maula Pelayan Abdullah bin Umar kacang Khathab radhiyallahu anhuma berkata, “Aku menjauhi bersama Abdullah polong Umar ke suatu distrik di terpinggirkan Madinah. Ada bilang sahabatnya yang ikut bersamanya. Di sana, mereka membuka hidangan untuk makan. Kemudian sendiri tukang angon menerobos mereka. Abdullah bin Umar berkata kepadanya, “Hai penggembala, kemarilah. Silakan bersantap.” Tukang angon tersebut berbicara, “Saya medium puasa.” Abdullah bin Umar berkata kepadanya, “Sreg siang yang lalu seksi seperti ini provisional anda mengikuti jejak kambing di lembah boncel di antara gunung-gemunung dan menggembala kambing di antara pegunungan, engkau berpuasa?” Sang penggembala menjawab, “Aku sahih bersegera dengan manfaat di musim-hariku nan berlalu.” Ibnu Umar takjub dengan jawaban tersebut, lalu ia bertanya, “Apakah dia bersedia lego kepada kami seekor kambing dari gembalamu, lalu akan kami tusuk dan kamu akan kami beri makan dengan dagingnya lalu kami bayar harganya.” Sira berkata, “kambing ini bukan milik saya, tapi eigendom tuan saya.” Abdullah bin Umar bertutur, ”Bila tuanmu menyoal kepadamu bukankah beliau bisa bilang kepadanya bahwa seekor srigala sudah lalu memangsanya.?” Lalu sang pengangon tersebut memencilkan sambil mengangkat jarinya ke langit sekali lalu berujar, ”Kalau sejenis itu, di manakah Almalik?” Nafi’ berkata, “ Setelah itu Anak laki-laki Umar terus menerus berkata, “Si penggembala berucap, Di manakah Allah?” Sesudah mulai di Madinah, beliau mengirim utusan kepada tuan penggembala tersebut bikin membeli budak itu beserta kambing gembalaannya. Selepas itu Abdullah kedelai Umar memerdekakan penggembala itu dan memberikan embek gembalaan tersebut kepadanya. Hendaknya Allah merahmatinya.” [Dinukil bersumber Kitab Shifatush-Shafwah, karya Bani Jauzi 2/188] Demikian tadi pembahasan tentang buah iman kepada nan ghaib dan berbagai ragam situasi yang tercalit dengan iman kepada yang ghaib. Hendaknya tulisan ini bermanfaat bagi siapa namun yang membacanya dan menjadi pemberat timbangan darmabakti juru tulis di akhirat esok. Bila terserah kebenaran dalam tulisan ini maka itu karena anugerah Sang pencipta semata. Dan bila ada kesalahan dan penyimpangan oleh bersumber kami dan berpokok setan. Semoga Yang mahakuasa Ta’ala berkenan mengampuni semua kesalahan kami. [i] Al-Iman bil ghaib, Dr. Bassam Ali Salamah Al-Amus, Darul Makmun, Yordania, 1431 H / 2010 M, gemblengan pertama, [ii] [iii] [iv] [v] [vi] Al-Iman bil ghaib, Dr. Bassam Ali Salamah Al-Amus, Darul Makmun, Yordania, 1431 H / 2010 M, cetakan pertama, situasi 15-17 secara ringkas. [vii] [viii] [ix] ibid [x] 2017/09/ [xi] Al-Iman bil ghaib, Dr. Bassam Ali Salamah Al-Amus, Darul Makmun, Yordania, 1431 H / 2010 M, cetakan pertama, hal. 39. d Bekerja siang dan malam 3. Persamaan kedudukan manusia dengan malaikat dihadapan Allah SWT adalah a. Malaikat dan manusia makhluk nyata b. Makhluk Allah SWT yang tidak berdosa c. Kesamaan tugasnya d. Sama-sama ciptaan Allah SWT 4. Untuk memahami segala sesuatu yang gaib,hendaknya dilandasi dengan a. Islam b. Ihsan c. Takwa d. Iman 12+ Cara Cepat Memahami Segala Sesuatu Yang Gaib Hendaknya Dilandasi Dengan Terupdate. Untuk memahami segala sesuatu yang gaib hendaknya dilandasi dengan a. Untuk memahami segala sesuatu yang gaib hendaknya dilandasi dengan. Untuk memahami segala sesuatu yang ghaib, hendaknya dilandasi dengan… a. Untuk memahami segala sesuatu yang ghaib, hendaknya dilandasi dengan… a. Percaya dengan yakin kepada keenam hal itu disebut arkanul iman atau rukun Memahami Segala Sesuatu Yang Gaib Hendaknya Dilandasi Iman Kepada Malaikat Allah Memahami Segala Sesuatu Yang Gaib Hendaknya Dilandasi Dengan Mau Dijawab Kurang Dari 3 Menit?Kesimpulan dari 12+ Cara Cepat Memahami Segala Sesuatu Yang Gaib Hendaknya Dilandasi Dengan Terupdate. Salah satu makhluk ghaib yang kita imani adalah, percaya kepada malaikat, jadi percaya kepada makhluk ghaib harus dilandasi oleh iman. Untuk memahami segala sesuatu yang gaib hendaknya dilandasi dengan. Adalah berprihatin dengan hanya makan nasi putih dan minum air putih saja, tanpa gula dan garam tanpa rasa. Percaya dengan yakin kepada keenam hal itu disebut arkanul iman atau rukun iman. Salah satu makhluk ghaib yang kita imani adalah, percaya kepada malaikat, jadi percaya kepada makhluk ghaib harus dilandasi oleh iman. Untuk dapat mengetahui berapa banyak pasangan elektron yang digunakan secara bersama perlu dikonfigurasikan elektron dan digambarkan struktur lewis senyawa. Iman jawaban iman artinya dalam islam menurut segi istilah. Menggunakan rezeki itu hanya untuk kepentingan diri sendiri jawaban Rasulallah memerintahkan kita untuk makan dan minum, bersedekah, berpakaian secara wajar dan sederhana dan menghindari sikap sd matematika bahasa indonesia ipa terpadu. Iman Mau Dijawab Kurang Dari 3 Menit? Percaya dengan yakin kepada keenam hal itu disebut arkanul iman atau rukun iman. Untuk memahami segala sesuatu yang ghaib, hendaknya dilandasi dengan… a. Kesimpulan dari 12+ Cara Cepat Memahami Segala Sesuatu Yang Gaib Hendaknya Dilandasi Dengan Terupdate. 3 Suatu sistem tigkahlaku yang berasal dari sesuatu kekuatan gaib. 4) Pengakuan terhadap adanya kewajiban kewajiban yang diyakini bersumber pada kekuatan gaib. 5) Pemujaan terhadap kekuatan gaib yang timbul dari perasaan lemah dan perasaan takut terhadap kekuatan misterius yang terdapat dalam alam sekitar manusia.
10+ Tips Cepat Untuk Memahami Segala Sesuatu Yang Ghaib Hendaknya Dilandasi Dengan Terupdate. Sama halnya seperti otot, otak juga butuh pemanasan sebelum diajak bekerja. Salah satu cara yang bisa kamu lakukan untuk. Untuk memahami segala sesuatu yang gaib hendaknya dilandasi dengan a. Iman artinya dalam islam menurut segi istilah disebut sebagai keyakinan bulat yang dibenarkan oleh. Untuk memahami segala sesuatu yang gaib hendaknya dilandasi dengan a. 'segala suatu harus masuk akal' nampak sebagai sebuah postulat yang benar yang bahkan bagi sebagian fihak nampak tidak bisa diganggu Hukum orang yang mengaku mengetahui ilmu yang ghaib adalah kafir, karena ia mendustakan allah subhanahu wa ta’ala. Untuk memahami segala sesuatu yang gaib hendaknya dilandasi Orang Yang Mengaku Mengetahui Ilmu Yang Ghaib Adalah Kafir, Karena Ia Mendustakan Allah Subhanahu Wa Ta’ Yang Bukan Merupakan Satu Cara Yang Bisa Kamu Lakukan Halnya Seperti Otot, Otak Juga Butuh Pemanasan Sebelum Diajak Penguasaan Kamu Bisa Makin Ngebut, Gaes!Salah Satu Cara Yang Bisa Kamu Lakukan dari 10+ Tips Cepat Untuk Memahami Segala Sesuatu Yang Ghaib Hendaknya Dilandasi Dengan Terupdate. Dijamin, penguasaan kamu bisa makin ngebut, gaes! Iman artinya dalam islam menurut segi istilah disebut sebagai keyakinan bulat yang dibenarkan oleh. 42] ayat tersebut menyimpan rahasia hikmah besar, yaitu. Sama Halnya Seperti Otot, Otak Juga Butuh Pemanasan Sebelum Diajak Bekerja. Dijamin, Penguasaan Kamu Bisa Makin Ngebut, Gaes! Salah Satu Cara Yang Bisa Kamu Lakukan Untuk. Kesimpulan dari 10+ Tips Cepat Untuk Memahami Segala Sesuatu Yang Ghaib Hendaknya Dilandasi Dengan Terupdate. 'segala suatu harus masuk akal' nampak sebagai sebuah postulat yang benar yang bahkan bagi sebagian fihak nampak tidak bisa diganggu Komitmen adalah sikap mental pada diri seseorang untuk melakukan segala sesuatu yang telah ditetapkan.
Terjemahanfrasa ANDA MEMAHAMI SEGALA SESUATU dari bahasa indonesia ke bahasa inggris dan contoh penggunaan "ANDA MEMAHAMI SEGALA SESUATU" dalam kalimat dengan terjemahannya: Jangan berasumsi bahwa Anda memahami segala sesuatu , bahkan jika itu tampak
Bulan suci ramadhan merupakan bulan yang mulia, dimana didalamnya terdapat peristiwa yang luar biasa yakni salah satunya adalah malam lailatul qadar. Secara bahasa, lailatul qadar berarti malam ketetapan. Menurut Dr Ahmad Thayyib 1000 Syekh Al Azhar bahwa lailatul qadar dapat dimaknai dengan berbagai penafsiran, diantaranya sebagai malam yang dipenuhi dengan ampunan Allah SWT, pada malam ini amalan-amalan umat muslim diterima disisi-Nya, mereka dibebaskan dari api neraka, ibadah yang dilakukan pada malam tersebut lebih baik daripada ibadah selama seribu bulan, pada malam lailatul qadar para malaikat diperintahkan turun ke bumi untuk mengucapkan salam kepada orang-orang mukmin yang mau berpuasa dan memintakan ampunan kepada Allah SWT untuk mereka. Masjid Ulil Albab, Kampus Terpadu UII Demikianlah betapa mulianya lailatul qadar yang hanya disiapkan oleh Allah SWT khusus pada bulan Ramadhan, dalam beberapa hadist malam ini terletak pada 10 hari terakhir pada bulan ramadhan, dan tidak ada yang tahu di malam yang mana ia akan datang. Diantara berbagai banyak informasi mengenai malam lailatul qadar hal yang terpenting adalah kita tidak boleh menyia-nyiakannya dengan bermalas-malasan, tetapi sebaliknya kita tingkatkan semua ibadah kita demi meraih malam yang lebih baik dari pada seribu bulan itu. Tidak ada yang tahu dengan pasti terkait ciri-ciri datangnya malam lailatul qadar. Hal tersebut merupakan kehendak Allah SWT. Namun, dalam beberapa hadist disebutkan sebagian tanda-tanda yang terjadi ketika malam lailatul qadar itu datang, diantaranya Terkhusus malam Lailatul Qadar sendiri, Rasulullah SAW bersabda “Carilah Lailatul qadar di malam-malam ganjil pada sepuluh hari terakhir bulan Ramadhan,” Bukhari. Ubay bin Ka’ab RA, Rasulullah SAW bersabda Keesokan hari malam Qadar matahari terbit hingga tinggi tanpa sinar bak nampan,” HR. Muslim Dalam meraih malam lailatul qadar, ada beberapa arahan dari para ulama terkait amalan-amalan yang harus ditingkatkan, beberapa perbuatan yang dianjurkan yaitu kita hendaknya berusaha untuk beribadah, menambah amal-amal kebaikan baik itu shalat, istighfar meminta ampunan, membaca Al-Qur’an, maupun meminta rahmat dari Allah swt., karena Allah SWT akan menerima semua amal di malam ini yang tidak akan diterima di malam-malam lainnya. Diriwayatkan oleh Ibnu Majah, Aisyah RA pernah bertanya kepada Rasulullah SAW, “Wahai Rasul, andaikan aku bertemu lailatul qadar, practise’a apa yang bagus dibaca? Rasul menjawab “Allahumma innaka afuwwun tuhibbul afwa fa’fu anni” Yang artinya “Wahai Tuhan, Engkau Maha Pengampun, Engkau menyukai orang yang minta ampunan. Karenanya ampunilah aku” Hr. Ibnu Majah Semoga kita semua diberikan kesempatan untuk meraih malam lailatul qadar. Aamiin Sumber Pemateri Rheyza Virgiawan, Lc., Bulan suci ramadhan disebut sebagai bulan yang mulia dan merupakan bulan yang sangat ditunggu kedatangannya oleh kaum muslim mengingat datangnya bulan ramadhan hanya sekali dalam satu tahun. Banyak hal yang menjadikan Ramadhan sebagai bulan yang mulia, di antaranya adalah bulan pengampunan dosa, dibukanya pintu-pintu surga dan ditutupnya pintu-pintu neraka, dilipatgandakannya pahala-pahala ibadah, terbuka kesempatan untuk meraih lailatul qadr, dan kemulian lainnya. Dengan melimpahnya keutamaan bulan Ramadhan, datangnya bulan Ramadhan sudah seharusnya menjadi kabar gembira buat kita semua sekaligus menjadi motivasi agar kita tidak menyia-nyiakannya. Dalam sebuah riwayat hadis dinyatakan bahwa ketika datang bulan Ramadhan, Rasulullah saw. menyampaikan kabar gembira kepada para sahabatnya. Beliau saw. berkata “Ramadhan telah mendatangi kalian. Bulan yang penuh berkah. Allah mewajibkan kalian untuk berpuasa. Pada bulan ini pintu langit dibuka, pintu-pintu Jahim neraka ditutup, dan para setan dibelenggu. Pada bulan ini terdapat satu malam yang lebih baik dari seribu bulan. Siapa yang tidak memperoleh kebaikannya, maka terhalangi dari kebaikan.” Hour. Ahmad Adapun hal-hal yang perlu dipersiapkan untuk menyambut bulan suci Ramadhan. Hal pertama yang harus hadir dalam diri adalah rasa syukur kepada Allah bahwa kita masih diberi kesempatan sekali lagi untuk bisa merasakan manisnya beribadah di bulan Ramadhan. Hal kedua adalah niat dan tekad yang kuat untuk bisa memaksimalkan ibadah serta kesadaran bahwa Ramadhan hanya sebentar, oleh karenanya tidak elok ketika kita hanya rajin di awal namun menyia-nyiakannya setelah beberapa hari berlalu. Selain itu, setiap muslim seyogyanya melengkapi dirinya dengan ilmu terutama tentang fiqh Ramadhan untuk menyempurnakan setiap ibadah yang dilakukannya. Sebagai tambahan, akan lebih baik lagi kalau setiap muslim punya rencana dan target agar pelaksanaan ibadah Ramadhan lebih teratur. Doa untuk menyambut bulan suci ramadhan Selain doa yang biasa kita ucapkan sejak bulan rajab, yaitu اللَّهُمَّ بَارِكْ لَنَا فِي رَجَبَ وَشَعْبَانَ، وَبَلِّغنَا رَمَضَانَ “Ya Allah berkahilah kami di bulan Rajab dan Sya’ban dan pertemukanlah kami dengan bulan Ramadhan.” Bisa juga membaca seperti bacaan doa para sahabat, yaitu اَللَّهُمَّ سَلِّمْنـِي إِلَى رَمَضَانَ وَسَلِّمْ لِـي رَمَضَانَ وَتسَلَّمْهُ مِنِي مُتَقَبَّلاً “Ya Allah, antarkanlah aku hingga sampai Ramadhan, dan antarkanlah Ramadhan kepadaku, dan terimalah amal-amalku di bulan Ramadhan.” Sumber Pemateri Sofwan Hadikusuma, Lc., GAYA HIDUP HALAL SEBAGAI USAHA UNTUK MENDEKATKAN DIRI KEPADA ALLAH Oleh Fitri Eka Aliyanti,SHI.,MA “Rasulullah saw. bersabda Akan datang suatu masa pada umat manusia, mereka tidak peduli lagi dengan cara untuk mendapatkan harta, apakah melalui cara yang halal ataukah dengan cara yang haram.” Bukhari Para pembaca yang dirahmati Allah, benar adanya sabda Rasulullah saw. yang beliau katakan beratus tahun yang lalu tersebut. Modernisasi yang merupakan tanda kemajuan ilmu pengetahuan manusia seringkali tidak sejalan dengan kondisi iman dan takwa. Tidak sedikit orang yang menghalalkan segala cara untuk mendapatkan nikmat dunia yang diinginkan oleh hawa nafsunya. Tindakan korupsi, perampokan, pembegalan, pengedaran narkoba, pencurian, penipuan merupakan beberapa contoh cara yang tidak halal untuk mendapatkan harta dan marak sekali diberitakan di media dan seringkali meresahkan dan merugikan masyarakat. Berbicara mengenai halal-haram, sesungguhnya halal-haram tidak hanya mencakup makanan dan minuman yang kita konsumsi, akan tetapi lebih dari itu, halal-haram merupakan persoalan kehidupan manusia secara keseluruhan. Sebagaimana firman Allah swt. yang tertulis di dalam Al Baqarah [2] 172 yaitu “Hai orang-orang yang beriman, makanlah di antara rezeki yang baik-baik yang Kami berikan kepadamu dan bersyukurlah kepada Allah, jika benar-benar hanya kepadaNya kamu beribadah.” Kata “makanlah” di sini tidak saja berarti harfiah yaitu kegiatan makan dan minum, melainkan termasuk bagaimana cara memperoleh makanan tersebut. Yusuf Qardhawi 1993 menjelaskan mengenai pokok-pokok ajaran Islam tentang halal dan haram, dan salah satu pokok ajaran itu ialah “apa saja yang membawa kepada haram adalah haram”. Sehingga walaupun makanan itu halal, akan tetapi apabila cara pemerolehannya semisal dengan mencuri, maka ia haram untuk dimakan karena makanan tersebut merupakan hasil curian. Rasulullah saw. bersabda, “Barang siapa memperoleh harta dengan cara dosa, lalu ia menggunakannya untuk menjalin silaturrahmi, bersedekah, atau kepentingan di jalan Allah, niscaya Dia akan menghimpun semua hartanya itu lalu melemparkannya ke dalam neraka” Abu Dawud Ghazali, 2007. Memahami Apa Itu Halal, Haram, dan Thayyib Rasulullah saw. bersabda, “Sesungguhnya yang halal itu jelas, sebagaimana yang haram pun jelas. Di antara keduanya terdapat perkara syubhat yang masih samar yang tidak diketahui oleh kebanyakan orang. Barangsiapa yang menghindarkan diri dari perkara syubhat, maka ia telah menyelamatkan agama dan kehormatannya. Barangsiapa yang terjerumus dalam perkara syubhat, maka ia bisa terjatuh pada perkara haram.” Bukhari dan Muslim Ali 2016 menjelaskan bahwa kata “halal” dan “haram” merupakan istilah Al Qur’an dan digunakan dalam berbagai hal, sebagiannya berkaitan dengan makanan dan minuman. Halal secara bahasa berarti sesuatu yang dibolehkan menurut syariat untuk dilakukan, digunakan, atau diusahakan, dengan disertai perhatian cara memperolehnya, bukan dari hasil muamalah yang dilarang. Sementara thayyib bisa diartikan sebagai sesuatu yang layak bagi jasad atau tubuh, baik dari segi gizi dan kesehatan serta tidak membahayakan badan dan akal. Kemudian haram, secara terminologi diartikan sebagai sesuatu yang dilarang Allah dengan larangan yang tegas. Keharaman ada ii macam yaitu karena disebabkan zatnya atau karena yang ditampakkannya. Mengapa Harus Halal? Rasulullah saw. bersabda, “Mencari sesuatu yang halal adalah kewajiban bagi setiap Muslim.” Al-Thabarani dari Ibnu Mas’ud. Kewajiban ini di era sekarang pada akhirnya telah dicemari oleh beberapa syubhat dan transaksi-transaksi yang tidak sesuai syariat. Sehingga sebagian dari kita yang tidak mau benar-benar berfikir dan berusaha selalu beranggapan bahwa mencari sesuatu yang murni halal adalah suatu hal yang sulit, dan akhirnya mereka menghalalkan segala cara dalam memperoleh keinginan duniawi. Padahal jika kita mengetahui, halal-haramnya makanan yang masuk ke tubuh kita akan berpengaruh terhadap kedekatan kita dengan Allah swt. Kedekatan ini yang nantinya akan berpengaruh terhadap doa-doa yang kita panjatkan kepadaNya. Diriwayatkan di dalam hadits Al-Thabarani bahwa salah satu sahabat yang bernama Sa’ad pernah memohon Rasulullah saw. agar mendoakan dirinya menjadi orang yang diijabah doanya. Lalu Rasulullah berkata kepadanya, “Baguskanlah makananmu, niscaya Allah menerima doamu.” Ghazali, 2007. Demikianlah kuatnya pengaruh makanan dan rezeki yang halal terhadap hubungan kita dengan Allah swt. Di dalam hadits lain yang diriwayatkan oleh Bukhari pun diceritakan bahwa dari Abu Hurairah ra. berkata bahwa Rasulullah saw. bersabda, “ Sesungguhnya Allah itu suci dan tidak menerima kecuali yang suci. Dan Allah memerintahkan orang mukmin sebagaimana memerintahkan kepada para rasul dalam firman,” Wahai para rasul, makanlah yang baik-baik dan lakukanlah kesalehan.” Dan Allah berfirman, “Wahai orang yang beriman, makanlah dari rezeki yang kami berikan yang baik-baik.” Kemudian Rasulullah saw. menyebut seseorang yang melakukan perjalanan panjang hingga rambutnya kusut dan berdebu, sambil menadahkan tangannya ke langit menyeru, “Ya Tuhan. Ya Tuhan.” Sementara makanannya haram, minumannya haram, pakaiannya haram dan diberi makan dengan yang haram. Bagaimana doanya bisa dikabulkan?” Sarwat, 2014. Dari dua hadits yang dikemukakan sebelumnya, kita bisa menyimpulkan bahwa halal-haramnya rezeki yang kita peroleh dan kita konsumsi akan mempengaruhi kualitas hubungan kita dengan Allah swt. Dari sini pula kita bisa melakukan introspeksi. Apakah permasalahan halal hanya berada pada tataran kewajiban yang harus kita penuhi, atau kebutuhan yang tanpanya kita tidak bisa meraih hakikat hidup sebagai ibadah dan usaha untuk mendekatkan diri kepada Allah swt.? Jika kita pahami lebih lanjut, ada beberapa alasan yang mendasari mengapa gaya hidup halal merupakan sarana untuk memelihara diri dan jiwa kita, serta untuk mendekatkan diri kepada pencipta kita, Allah swt. Yang mana jika diuraikan menjadi sebagai berikut Sarwat,2014 Wujud keimanan kepada Allah Bagi mereka yang memahami ajaran Islam dengan baik, apapun yang masuk ke dalam perutnya harus seizin sang pencipta, Allah swt. Banyak orang pergi haji atau umrah ke tanah suci, dengan mengeluarkan harta yang tidak sedikit, agar bisa berdoa di tempat yang mustajabah. Akan tetapi, kesucian tempat berdoa tidak akan berpengaruh banyak jika tidak diiringi dengan kesucian makanan yang masuk ke dalam perut. Alasan lain bagi kita untuk menghindari makanan haram adalah untuk menjauhkan diri kita dari api neraka, karena daging yang tumbuh dari asupan makanan haram akan menjadi sasaran api neraka di akhirat nanti. Wal iyaadzu billah. Mencegah timbulnya penyakit Salah satu hikmah dari menghindari makanan yang haram adalah terhindarnya diri kita dari penyakit. Apalagi jika makanan yang kita makan adalah makanan yang thayyib, yang jelas nilai gizinya dan sesuai dengan kebutuhan tubuh kita. Tidak mengikuti langkah setan Pelajaran mengenai halal-haram sebetulnya sudah dikisahkan melalui kisah Adam as., Hawa, dan larangan memakan buah khuldi. Setan menggoda Adam equally. dan Hawa untuk memakannya sehingga Allah swt. menghukum mereka. Maka demikian pula akibatnya jika seseorang mengikuti langkah setan dan memakan apa yang dilarang dan diharamkan Allah. Na’uudzu billaahi mindzalik. Kesimpulan Para pembaca yang dirahmati Allah swt., demikianlah ulasan mengenai halal haram yang bisa penulis sampaikan. Dari sini kita memahami bahwa halal-haram bukan saja mengenai makanan dan minuman, akan tetapi menyeluruh ke segala aspek kehidupan. Dan kita juga bisa memahami bahwa pengaruh kehalalan sangat besar terhadap kualitas hubungan dan kedekatan kita dengan Allah swt. Kedekatan itu selanjutnya akan berpengaruh terhadap terkabul atau tidaknya doa-doa yang kita panjatkan sebagai hajat hidup kita di dunia. Selain itu pula, Allah akan memelihara jiwa mereka yang melaksanakan gaya hidup halal baik di dunia dengan kesehatan, maupun di akhirat dengan terhindarnya tubuh kita dari api neraka. Wallahu a’lam bis shawaab. Referensi Al Ghazali, Imam. 2007. Rahasia Halal-Haram Hakikat Batin Perintah dan Larangan Allah. Terjemahan oleh Iwan Kurniawan. Bandung Mizania Ali, Muchtar. 2016. Konsep Makanan Halal dalam Tinjauan Syariah Tanggung Jawab Produk Atas Produsen Industri Halal. Ahkam Vol. Xvi, No. 2, Juli 2016 Sarwat, Ahmad. 2014. Halal atau Haram?Kejelasan Menuju Keberkahan. Jakarta Gramedia Qardhawi, Yusuf. 1993. Halal dan Haram dalam Islam. Terjemahan oleh Mu’ammal Hamidy. Surabaya Bina Ilmu HIKMAH HIJRAH Oleh Dr. Rahmani Timorita Yulianti , Hijrah identik dengan proses perpindahan, yaitu pindah dari suatu tempat ke tempat yang lain guna mencari keselamatan diri dan mempertahankan aqidah agar lebih dekat kepada Allah Sang Pencipta. Imam Abu Dawud dalam riwayatnya telah memperjelas hijrah dengan makna proses mendekatkan diri kepada Allah Swt. Dawud, t th Dengan kata lain adalah perpindahan dari suatu keadaan ke keadaan yang lain untuk mendapatkan sesuatu yang lebih baik daripada sebelumnya. Hijrah tidak selalu diartikan dengan berpindah tempat, namun berpindahnya itulah yang disebut hijrah. Hijrah pada haikatnya adalah berpindah menuju kebaikan. Misalnya dari orang yang berkepribadian buruk berusaha menjadi orang yang lebih baik dan lebih baik lagi. Dengan berhijrah di jalan Allah dan Rasul-Nya, maka seseorang akan memperoleh banyak keutamaan Shihab, 2002 Keutamaan pertama, orang yang melakukan hijrah akan mendapatkan keluasan rizki, sebagaimana firman Allah dalam al-Qur’an surat an-Nisa ayat 100 yang artinya ”Barang siapa berhijrah di jalan Allah, niscaya mereka mendapati di muka bumi ini tempat hijrah yang luas dan rezeki yang banyak. Barang siapa keluar dari rumahnya dengan maksud berhijrah kepada Allah dan Rasul-Nya, kemudian kematian menimpanya sebelum sampai ke tempat yang dituju, maka sungguh telah tetap pahalanya di sisi Allah. Dan adalah Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.” Keutamaan kedua, orang yang hijrah akan dihapuskan kesalahan-kesalahannya. Hal ini berdasarkan al-Qur’an surat Ali Imran ayat 195 yang artinya ”Maka, orang-orang yang berhijrah, yang diusir dari kampung halamannya, yang disakiti pada jalan-Ku, yang berperang dan yang dibunuh, pastilah akan Ku-hapuskan kesalahan-kesalahan mereka dan pastilah Aku masukkan mereka ke dalam surga yang mengalir sungai-sungai di bawahnya, sebagai pahala di sisi Allah. Pada sisi-Nya pahala yang baik.” Keutamaan ketiga, orang yang hijrah akan ditinggikan derajatnya di sisi Allah dan mendapatkan jaminan surga-Nya. Hal ini dapat dibaca dalam surat at-Taubah ayat 20-22 yang artinya ”Orang-orang yang beriman dan berhijrah serta berjihad di jalan Allah dengan harta, benda dan diri mereka, adalah lebih tinggi derajatnya di sisi Allah; dan itulah orang-orang yang mendapat kemenangan. Tuhan mereka menggembirakan mereka dengan memberikan rahmat dari padanya, keridhaan dan surga, mereka memperoleh di dalamnya kesenangan yang kekal. Mereka kekal di dalamnya selama-lamanya. Sesungguhnya di sisi Allah-lah pahala yang besar.” Keutamaan keempat, orang yang hijrah akan diberikan kemenangan dan meraih keridhaan-Nya. Dalam al-Qur’an surat at-Taubah ayat 100 disebutkan, yang artinya ”Orang-orang yang terdahulu lagi yang pertama-tama masuk Islam dari golongan Muhajirin dan Anshar, dan orang-orang yang mengikuti mereka dengan baik, Allah ridha kepada mereka dan merekapun ridha kepada Allah, dan Allah menyediakan bagi mereka surga-surga yang mengalir sungai-sungai di dalamnya selama-lamanya. Mereka kekal di dalamnya. Itulah kemenangan yang besar.” Di antara peristiwa sejarah yang sangat monumental dalam perjalanan hidup Rasulullah Saw., adalah peristiwa hijrah Sang Nabi dan sahabatnya dari kota Mekkah ke kota Madinah. Dalam peristiwa tersebut tampak sosok manusia yang begitu kokoh dalam memegang prinsip yang diyakini, tegar dalam mempertahankan aqidah, dan gigih dalam memperjuangkan kebenaran. Sehingga sejarah pun dengan bangga menorehkan tinta emasnya untuk mengenang sejarah hijrah tersebut, agar dapat dijadikan tolok ukur dalam pembangunan masyarakat masa kini, menuju masyarakat madani dan rabbani. Tegak di atas kebaikan, kebenaran, dan tegas terhadap kekufuran. Perintah hijrah yang bermakna non-fisik telah diperintahkan kepada Nabi Muhammad Saw., di masa pertama kenabiannya. Hal ini dapat ditemukan dalam wahyu-wahyu awal sebagaimana terekam dalam surat al-Muzammil ayat 10 dan al-Mudatstsir ayat 5. Tiga belas tahun kemudian, Nabi dan para sahabat diperintahkan melakukan hijrah fisik demi menyelamatkan iman mereka dari gangguan masyarakat kafir Mekkah. Hal ini menunjukkan bahwa aktivitas hijrah, baik dalam arti fisik ataupun not-fisik, merupakan konsep yang sangat penting dalam struktur ajaran agama. Agama, selalu dilukiskan sebagai jalan kebenaran. Konsep-konsep seperti syari’ah, thariqah, dan shirath, yang mewakili kata lain dari agama, semuanya memiliki arti jalan. Salah satu korelasi yang paling kuat dengan pengertian jalan adalah gerak. Orang yang berada di jalan haruslah bergerak. Orang yang berhenti di jalan berarti menyalahi sifat dasar jalan itu sendiri. Oleh karena itu, orang Islam harus bergerak dan dinamis. Hal itu dinyatakan dengan sangat jelas dalam peristiwa hijrah. Dengan demikian, peristiwa hijrah adalah peristiwa bergerak menuju kebaikan dan kebenaran secara dinamis. Kedinamisan tersebut terbukti dengan peristiwa Rasulullah sesampainya di Kota Yatsrib Madinah. Nabi Muhammad kemudian melakukan banyak langkah penting guna memulai titik balik kemajuan Islam sebagai agama peradaban. Di antara langkah penting yang dilakukan Nabi adalah membangun masjid, mempersaudarakan kaum Muhajirin dan Anshar, mengubah nama Kota Yatsrib menjadi Kota Madinah, membuat kesepakatan sosial-politik dengan suku-suku Yahudi yang mendiami wilayah itu, dan lain sebagainya. Melalui hijrah itulah Nabi Muhammad membangun masyarakat Madinah yang berciri egaliterianisme, penghargaan berdasarkan prestasi bukan prestise, keterbukaan partisipasi seluruh anggota masyarakat, dan penentuan kepemimpinan melalui pemilihan, bukan berdasarkan keturunan. Dari paparan tersebut, terdapat pelajaran yang bisa dipetik untuk diterapkan dalam kehidupan masyarakat masa kini demi mencapai perubahan ke arah yang lebih baik. Pelajaran pertama adalah, bahwa kita harus memiliki tekad yang kuat untuk meninggalkan berbagai hal yang bertentangan dengan ajaran agama maupun nilai-nilai kemanusiaan. Kemungkaran tersebut di antaranya seperti korupsi, menindas sesama manusia, menipu, berbohong, merampas hak orang lain, dan masih banyak yang lain. Kedua, masyarakat harus memiliki sikap dinamis dalam merespon perubahan zaman demi mencapai tujuan bersama yang dicita-citakan. Sikap dinamis itu dimanifestasikan dengan cara mengambil hal terbaik dari masa kini, dengan tetap mempertahankan warisan terbaik dari masa lalu. Ketiga, bahwa perubahan yang dicita-citakan itu harus didasarkan kepada arah dan tujuan yang jelas. Tujuan tersebut kemudian harus dilengkapi dengan kematangan strategi dan taktik supaya gagasan-gagasan yang besar dapat diterjemahkan ke dalam dunia nyata. Keempat, untuk menuju perubahan yang dicita-citakan, nilai-nilai spiritual menjadi suatu keniscayaan yang harus dibina. Spiritualitas adalah sisi yang paling dalam dari diri manusia sebagai agen perubahan. Oleh karena itu, jika spiritualitas tidak mendapatkan tempat dalam diskursus perubahan, maka bisa dipastikan perubahan itu hanya bersifat semu dan tak bermakna. Kelima, perubahan yang dicita-citakan tak akan terjadi apabila persatuan sosial dalam masyarakat tidak tercipta. Berdasarkan hal inilah, perbedaan-perbedaan yang merupakan keragaman tidak boleh menghalangi kita untuk bergerak menuju tujuan bersama. Perbedaan suku, ras, kelas sosial, bahkan agama, tidak boleh menjadikan masyarakat terpecah, karena ia adalah modal sosial untuk membangun kemajuan. Keenam, sudah saatnya kita memberikan penghargaan kepada sesama terutama dalam konteks menjadikannya pemimpin berdasarkan prestasi yang telah dicapainya, dan bukan berdasarkan prestise, apalagi keturunannya. Ketujuh, bahwa perubahan harus dipimpin oleh seseorang yang memiliki kemampuan menjadi contoh dalam menjalankan perubahan tersebut. Kemampuan inilah yang dimiliki Nabi Muhammad Saw., dalam memimpin masyarakat Madinah untuk menuju perubahan yang berperadaban. Di atas semua itu, proses hijrah harus kita lakukan demi menuju perubahan yang dicita-citakan bersama. Karena hanya dengan hijrah-lah kita dapat mencapai tujuan sosial dari kehidupan beragama dan berbangsa yaitu menciptakan kehidupan yang beradab dengan memuliakan seluruh manusia berdasarkan prestasi yang dilakukannya. Menjadi Makhluk y ang Disukai Allah u ntuk Meraih Sukses Dunia Akhirat Oleh Siti Latifah Mubasiroh, Dalam menjalani hidup ini, semua manusia pasti ingin menggapai kesuksesan. Manusia dianugerahi oleh Allah swt. naluri yang menjadikannya gemar memperoleh manfaat dan menghindari mudharat. Beribadah dan melaksanakan tugas sebagai khalifah adalah tujuan penciptaan manusia, sedangkan ibadah tidak dapat terlaksana dengan baik bila kebutuhan manusia tidak tercukupi. Oleh sebab itu, pemenuhan kebutuhan duniawi merupakan sebuah kewajiban. Akan tetapi, pemenuhan kebutuhan dunia untuk mencapai sukses itu dapat dijalankan bersamaan dengan menggapai kesuksesan akhirat. Kesuksesan hidup tidak hanya diukur oleh capaian duniawi semata, seperti berderetnya gelar akademik, menterengnya karier, atau melimpahnya penghasilan. Kesuksesan sejati diraih jika seluruh capaian itu memberi manfaat bagi orang lain sehingga mengalirkan pahala jariah, dan kelak, saat menutup usia dalam keadaan husnul khatimah. Hal ini penting dipahami agar umur yang Allah berikan kepada manusia tidak sia-sia, tetapi justru memberikan banyak kebermanfaatan bagi diri sendiri dan sesama. Sifat dan Perilaku yang Disukai Allah Dalam menjalani hidup, manusia harus menjadikan Allah sebagai tujuan dengan senantiasa mengharap ridha-Nya dan menjadikan surga sebagai cita-cita Dasuqi, 2008. Demikian juga hendaknya memandang kesuksesan. Untuk memperoleh kesuksesan dunia dan akhirat, tentu kita harus senantiasa mendekatkan diri pada Allah swt. dan menjadi orang yang disukai-Nya. Berikut ini uraian tentang macam sifat atau perilaku manusia yang disukai oleh Allah swt. berdasarkan dalil dalam al-Qur’an. Al-Muhsinin Kata al-muhsinin adalah bentuk jamak dari kata muhsin yang terambil dari kata ahsana-ihsana. Rasulullah saw. menjelaskan makna ihsan sebagai berikut “Engkau menyembah Allah, seakan-akan melihat-Nya dan bila itu tidak tercapai maka yakinlah bahwa Dia melihatmu” HR Muslim. Dengan demikian, perintah ihsan bermakna perintah melakukan segala aktivitas positif, seakan-akan Anda melihat Allah atau paling tidak selalu merasa dilihat dan diawasi oleh-Nya. Al-Muttaqin Takwa dapat diartikan sebagai perbuatan menghindari ancaman dan siksaan dari Allah swt. dengan jalan melaksanakan perintah-Nya dan menjauhi larangan-Nya. Takwa selalu menuntun seseorang untuk senantiasa berhati-hati dalam berperilaku. Shihab 2013 menjelaskan bahwa terkait dengan ketakwaan, Allah memberikan dua macam perintah yang tercantum dalam Al-Qur’an, yaitu perintah takwini dan perintah taklifi. Perintah takwini, yakni perintah Allah terhadap objek agar menjadi sesuai dengan apa yang diperintahkan-Nya. Ia biasa digambarkan oleh firman-Nya dengan “Kun fayakun”. Hal ini tercantum dalam beberapa dalil dalam al-Qur’an, antara lain QS. Fushshilat11 dan QS. Al-Anbiya’69. Kedua dalil tersebut menunjukkan betapa kuasa Allah atas apa pun yang Ia kehendaki akan terjadi dengan segera. Kedua, perintah taklifi, yaitu perintah Allah terhadap makhluk yang dibebani tugas keagamaan manusia dewasa dan jin untuk melakukan hal-hal tertentu. Hal ini dapat berupa ibadah murni, seperti shalat, puasa, maupun aktivitas lainnya yang bukan berbentuk ibadah murni, seperti bekerja untuk mencari nafkah, menikah, dan lain-lain Shihab, 2013. Dalam konteks berinteraksi dengan sesama manusia, terdapat sebuah pepatah terkenal, yaitu “Sebanyak Anda menerima, sebanyak itu pula hendaknya Anda memberi.” Namun demikian, Allah tidak menuntut hal tersebut. Allah, Sang Maha Pemurah menurunkan firman-Nya dalam QS. At-Taghabun16 yang artinya “Maka bertakwalah kamu kepada Allah menurut kesanggupanmu dan dengarlah serta taatlah dan nafkahkanlah nafkah yang baik untuk dirimu. Dan barangsiapa yang dipelihara dari kekikiran dirinya, maka mereka itulah orang-orang yang beruntung.” Menurut Shihab 2013, jika kita hendak membicarakan prioritas dalam konteks ketakwaan, dapat diasumsikan dengan ilustrasi berikut ini prioritas ketakwaan bagi penguasa adalah berlaku adil; bagi pengusaha adalah jujur; bagi guru/dosen adalah ketulusan mengajar dan meneliti; bagi si kaya adalah ketulusan bersedekah dan membantu; bagi si miskin adalah kesungguhan bekerja dan menghindari minta-minta. Mereka yang bertakwa itulah yang memperoleh janji-Nya dalam QS. At-thalaq2-iii yang menjelaskan bahwa Allah akan memberikan rezeki dan jalan keluar atas setiap permasalahan bagi hamba-Nya yang bertakwa dan tawakal kepada-Nya. Al-Muqsithin Kata al-Muqsithin adalah bentuk jamak dari kata muqsith, yang diambil dari kata awasatha yang biasa dipersamakan maknanya dengan berlaku adil. Menariknya, tidak ditemukan bunyi pernyataan al-Qur’an yang menyatakan bahwa Allah menyukai orang-orang yang berlaku adil dengan kata adl/adil, tetapi ditemukan perintah menegakkan al-qisth, yakni dalam beberapa firman-Nya QS. Al-Maidah8; QS. An-Nisa’3; QS. AL-Hujurat9. Al-Mutathahhirin Kata al-mutathahhirin dapat diartikan sebagai kesucian dan keterhindaran dari kotoran/noda. Salah satu pernyataan al-Qur’an bahwa Allah menyukai al-mutathahhirin ditemukan dalam QS. Al-Baqarah222 yang menjelaskan tentang larangan seorang suami mencampuri istri yang sedang haid. Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang bertaubat dan menyucikan diri. At-Tawwabin At-tawwabin berarti kembali ke posisi semula. Manusia dilahirkan dalam keadaan suci. Akan tetapi, seiring berjalannya waktu, setan akan terus berusaha merayu manusia. Oleh sebab itu, hendaknya manusia yang berdosa segera bertaubat agar kembali suci. Allah swt., Sang Maha Pengampun sangat menyukai hamba-Nya yang bertaubat atas kesalahan-kesalahannya dan tidak mempersulit. Dalil yang menjelaskan tentang at-tawwabin tercantum dalam firman Allah swt., di antaranya QS. Al-Baqarah37, QS. An-Nisa’31, QS. An-Nisa’17. Ash-Shabirin As-shabirin berarti sabar. Seorang yang sabar akan menahan dri, dan untuk itu memerlukan kekukuhan jiwa dan mental baja agar dapat mencapai ketinggian yang diharapkannya Shihab, 2013. Mustaqim 2013 juga berpendapat bahwa sabar berusaha keras untuk mencapai tujuan, menahan diri dari rasa malas dan lelah. Banyak firman Allah dalam al-Qur’an yang berisi perintah kepada manusia untuk bersabar. Berdasarkan kajian yang telah dilakukan oleh Shihab 2013, dua kali al-Qur’an berpesan agar menjadikan shalat/permohonan kepada Allah dan sabar sebagai sarana untuk memperoleh segala yang dikehendaki QS. Al-Baqarah45, 153. Sabar selalu pahit awalnya, tapi manis akhirnya QS. Ali Imran186. Dengan kesabaran dan ketakwaan akan turun bantuan Ilahi guna menghadapi segala macam tantangan QS. Ali Imran120. Allah memerintahkan sabar dalam menghadapi yang tidak disenangi maupun yang disenangi. Al-Mutawakkilin Al-mutawakilin dapat diartikan mewakilkan. Perintah tawakal kepada Allah dalam al-Qur’an ditemukan sebanyak sebelas kali Shihab, 2013. Oleh sebab itu, dapat disimpulkan bahwa dalam setiap aktivitas kehidupan kita, seorang Muslim dituntut untuk berusaha sambil berdoa dan setelah itu ia dituntut untuk berserah diri kepada Allah. Ketika manusia telah berusaha keras kemudian menyerahkan semuanya pada Allah, manusia harus yakin bahwa apa pun ketetapan Allah merupakan pilihan terbaik untuknya, sesuai dengan firman-Nya dalam QS. Al-Baqarah216. Dalam berusaha dan berserah kepada Allah, tentu manusia tidak boleh hanya duduk diam menunggu jawaban ataupun keajaiban. Manusia perlu terus berdoa mendekatkan diri kepada Allah swt. agar benar-benar diberikan yang baik menurut kita sesuai keinginan dan baik menurut Allah swt. Anshor 2017 menyampaikan hal-hal yang bisa dilakukan untuk meminta kepada Allah, yaitu a memperbanyak shadaqah, b bangun untuk shalat tahajud, dan c memperbanyak silaturahmi. Selain tiga daya pengungkit rezeki tersebut, tentu masih banyak amalan lainnya. Jika dikerjakan secara istiqamah, insya Allah, Allah akan mempermudah segala urusan dan pencapaian cita-cita makhluk-Nya. Kerja Sama dan Network Dalam QS. Ash-Shafiv, Allah berfirman yang artinya, “Sesungguhnya Allah menyukai orang yang berperang dijalan-Nya dalam barisan yang teratur seakan-akan mereka seperti suatu bangunan yang tersusun kokoh.” Ayat di atas menunjukkan perlunya kebersamaan, network, dan koordinasi. Ciri khas ajaran Islam adalah kebersamaan dalam segala aktivitas positif, baik dalam melaksanakan ibadah ritual maupun dalam melaksanakan aneka aktivitas, itu sebabnya, shalat berjamaahn lebih diutamakan daripada shalat sendirian. Di sisi lain, kebersamaan itu tidak harus menjadikan semua pihak melakukan satu pekerjaan yang sama, melainkan perlu pembagian kerja yang diatur dalam satu network yang baik Anshor, 2017. Akhlak Mulia Berdasarkan kajian yang dilakukan oleh Shihab 2013, dinyatakan bahwa ada empat sifat khusus yang disebut oleh QS. Al-Maidah54 yang menjadi sebab tercurahnya cinta Allah kepada manusia, yaitu a bersikap lemah lembut terhadap orang-orang mukmin, b mulia/memiliki harga diri dan bersikap tegas terhadap yang kafir, c berjihad di jalan Allah, dan d tidak takut kepada celaan pencela. Al-Ittiba’ Ali Imran 31 dan 32 memberi gambaran yang sangat umum menyangkut siapa atau perbuatan apa yang paling disukai Allah Shihab, 2013, yakni perintah untuk menaati Allah dan Rasul-Nya. Al-ittiba’ berarti meneladani, mengikuti secara sungguh-sungguh. Cinta Allah yang luar biasa akan diraih oleh mereka yang bersungguh-sungguh mengikuti Nabi Muhammad saw. Al-ittiba’ yang dimaksud ini dijelaskan oleh sabda Rasul saw. yang berbunyi, “yakni atas dasar kebajikan, takwa, dan rendah hati” HR at-Tirmidzi, Abu Nu’aim, dan Ibnu Asakir melalui sahabat Nabi, Abu ad-Darda. Kesimpulan Kunci sukses adalah iman. Iman adalah fondasi dalam beramal shalih sebab Allah hanya akan menerima amal shalih makhluk yang beriman kepada-Nya. Kemampuan beramal shalih inilah yang dapat dikatakan sebagai kesuksesan dunia dan akhirat. Hadis Nabi Muhammad saw. yang banyak dikenal umat Muslim, “Sebaik-baik manusia adalah yang paling bermanfaat bagi manusia” merupakan landasan pokok bagi manusia untuk menyikapi kesuksesan yang telah dimiliki. Sejatinya, semakin tinggi kesuksesan yang diraih, semakin besar pula tanggung jawab dan kebermanfaatan yang dilakukan. Semakin tinggi gelar pendidikan yang dan ilmu yang diperoleh, semakin besar amanah untuk menyampaikannya kepada orang lain. Semakin banyak kekayaan yang didapat, semakin banyak zakat mal dan shadaqah yang harus dikeluarkan untuk orang lain. Semakin tinggi jabatan, semakin besar tanggung jawab dan amanah untuk membantu dan menyejahterakan rakyatnya. DAFTAR RUJUKAN Ad-Dasuqi, Yard. . 2008. Reasons of Happiness Tips Menjadi Manusia Paling Bahagia Dunia Akhirat. Solo Wacana Ilmiah Press. Anshor, S. 2017. Journey to Success. Solo Tinta Medina. Mustaqim, A. 2013. Akhlak Tasawuf Lelaku Suci Menuju Revolusi Hati. Yogyakarta Kaukaba DIpantara. Shihab, Grand. Q. 2013. Berbisnis Sukses Dunia Akhirat. Tangerang Lentera Hati. Shihab, M. Q. 2014. Mutiara Hati Mengenal Hakikat Iman, Islam, dan Ihsan. Tangerang Lentera Hati. Bisnis Sebagai Ibadah, Sebuah Manifestasi Kesalehan Sosial Oleh Anom Garbo, SEI., ME Kondisi umat Islam saat ini relatif belum mampu berdaulat dalam penguasaan ekonomi dan memiliki ketergantungan ekonomi yang cukup tinggi terhadap pihak lain. Salah satu penyebab kelemahan tersebut antara lain pemahaman yang belum optimal terhadap nilai-nilai dan ajaran agama, sehingga nilai-nilai tersebut diabaikandan tidak dapat diimplementasikan secara komprehensif dalam seluruh lini kehidupan. Sudah semestinya umat Islam bangkit dari keterpurukan ekonomi khususnya dalam mengatasi problem kemiskinan dan keterbelakangan akibat termarjinalkan dalam dunia ekonomi dan bisnis dengan mengembangkan jiwa entrepreneurship yang kokoh dan tangguh. Apalagi di tengah samudera modernitas saat ini, segala aspek bisa terhubung dengan demikian mudah dan cepat. Beragam kreativitas maupun inovasi bisa segera dibangun bersumber dari akses terhadap gerbang informasi yang terbuka lebar. Karena menjadi wirausahawan sesungguhnya hanya membutuhkan keberanian secara pribadi untuk kemudian menciptakan karya bernilai ekonomi tinggi melalui proses kreativitas dan inovasi. Dalam membangun jiwa kewirausahaan umat yang berorientasi pada keuntungan jangka pendek dunia dan jangka panjang akhirat maka nilai-nilai luhur yang terkandung dalam ajaran Islam hendaknya perlu untuk direvitalisasi. Nilai ibadah yang luas, dimana bukan hanya terkait dengan aspek ritual saja dapat menjadi motivasi utama untuk membangkitkan semangat berbisnis. Motivasi ibadah untuk meraih ridho Allah ini dapat dijadikan dorongan untuk membangkitkan jiwa-jiwa bisnis dan kewirausahaan, sebab menumbuhkan jiwa kewirausahaan merupakan awal dalam membentuk dan menciptakan pribadi yang ulet, tanggung jawab dan berkualitas hingga akhirnya dapat bermuara pada terwujudnya kompetensi kerja. Adapun selain itu, gencarnya modernisasi di segala aspek membuka peluang persaingan bisnis yang semakin tidak terkendali, yang seringkali terjadi persaingan bisnis ataupun usaha yang tidaklah sehat. Dalam konteks membangun jiwa bisnis, saat ini nilai-nilai kejujuran dan amanah seringkali diabaikan oleh pelaku bisnis, padahal hal tersebut merupakan dasar yang cukup penting untuk ditanamkan. Oleh karena itu, integrasi antara ketaatan dalam ibadah dengan semangat membangun bisnis sangatlah dibutuhkan. Sikap jujur akan mengundang banyak simpati, relasi, dan membuat orang lain dengan kerelaannya menaruh dan memberikan kepercayaan seperti yang telah diajarkan oleh Nabi Muhammad SAW. IBADAH Secara harfiah ibadah berarti bakti kepada Allah swt, sebab didorong dan dibangkitkan oleh aqidah atau tauhid. Dalam terminologi Islam, ibadah adalah kepatuhan kepada Allah yang didorong oleh rasa kekaguman dan ketakutan. Ibadah juga yang membuat “aqidah Islamiyyah” menjadi hidup dalam jiwa yang melakukannya, dan yang menyalurkan aqidah Islamiyyah dari tingkat penalaran menuju tingkat penghayatan, sehingga nurani manusia dapat mengidentifikasi segala suatu yang potensial pada dirinya. Dalam konteks pengembangan bisnis, kesadaran manusia atas potensi yang terdapat dalam dirinya merupakan modal utama terciptanya kreativitas dan inovasi, yang pada akhirnya bisa bermuara pada terbentuknya karya ataupun entitas bisnis. Al-Qur’an telah mempopulerkan berbagai bentuk ibadah selain ibadah wajib. Shalat, dzikir dsb.. Berkaitan dengan ibadah adalah amal saleh yang memberi manfaat secara individual. Namun ada amal saleh yang bermanfaat bagi pelaku sekaligus bermanfaat bagi orang lain, hal tersebut adalah amal kemasyarakatan, seperti halnya membuka lapangan pekerjaan baru, membebaskan orang dari kebodohan, keterbelakangan, kemiskinan dan menolong orang yang sedang berada dalam kesulitan. Menurut Islam, amal sosial ini bernilai lebih tinggi daripada amal individual. Karya yang berkembang di tengah masyarakat akan diberi ganjaran lebih besar daripada aktivitas yang menguntungkan diri sendiri. IBADAH SOSIAL Dari Sumber-sumber Islam baik al Qur-an maupun hadits nabi saw diketahui bahwa dimensi pengabdian atau ibadah sosial dan kemanusiaan dalam Islam sesungguhnya jauh lebih luas dan lebih utama dibandingkan dengan dimensi ibadah personal. Dalam literasi fiqh klasik kita dapat melihat bahwa bidang Ibadat ibadah personal merupakan satu bagian dari banyak bidang keagamaan lain. Dalam buku-buku hadits kita juga melihat bahwa bab ibadah personal jauh lebih sedikit dibanding bab-bab yang lain. Fath al Bari Syarh Shahih al Bukhari, sebuah kitab hadits paling populer, misalnya hanya mengupas persoalan ibadah dalam empat jilid dari dua puluh jilid yang menghimpun bab lainnya. Ini jelas menunjukkan bahwa perhatian Islam terhadap persoalan-persoalan publik jauh lebih besar dan lebih luas daripada perhatian terhadap persoalan-persoalan personal. Relevansi Memperdalam Konsep Ibadah di Tengah Modernitas Pemahaman doktrin ibadah secara dangkal akan menjerumuskan umat Islam. Hal ini bisa dilihat bahwa sampai saat ini masih banyak yang menafsirkan ibadah dengan cara yang sangat sempit atau hanya yang menyangkut aspek ritual saja, seperti shalat, puasa, haji dsb., akibatnya ibadah seringkali kemudian berseberangan dengan aktivitas seseorang ketika sedang bekerja dalam berbagai sektor. Padahal sebenarnya doktrin ibadah lebih luas dari sekedar itu. Dalam firman Allah QS. Adz-Dzariyat 56 berikut ini Artinya “dan aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka mengabdi kepada-Ku.” Dapat ditafsirkan bahwa setiap aktivitas manusia sesungguhnya adalah ibadah dan keseluruhan muara dari semua aktivitas tersebut adalah kesejahteraan manusia di dunia maupun kemenangan di akhirat. Kesejahteraan itu sendiri erat kaitannya dengan keuntungan yang didapatkan oleh manusia. Konsep beruntung dalam Islam memiliki tiga dimensi yakni jangka pendek dunia, jangka menengah alam kubur; dan jangka panjang akhirat. Maka, seperti halnya bisnis seharusnya tidak boleh berhenti untuk kepentingan jangka pendek, atau bisnis itu sendiri, bukan pula sekedar mencari keuntungan pragmatis tetapi sekaligus sebagai ibadah. Berbisnis menjadi bagian pentig dari ibadah, sehingga jalan yang ditempuh seyogyanya juga sesuai dengan ajaran Islam itu sendiri. Islam memandang penting semua itu agar manusia bisa dengan lebih mudah menjalankan bentuk ibadah-ibadah lainnya seperti memberi nafkah terhadap keluarga, menyantuni anak yatim, membayar zakat dsb. Oleh karena itu, bercita-cita menjadi kaya dan bekerja keras sebagai aktualisasinya termasuk ke dalam ranah ibadah. Adapun demikian, fakta yang menunjukkan bahwa belum banyak umat Islam yang mampu berdaulat secara ekonomi seringkali diidentifikasi sebagai akibat dari belum kaffahnya aktvitas bisnis mereka mengadopsi prinsip-prinsip Ibadah dalam aktivitas bisnis mereka. Urgensi Bisnis di Tengah Modernitas Kemiskinan merupakan permasalahan ekonomi serius yang dihadapi masyarakat saat ini. Problem tersebut bersifat massiv, yakni tidak hanya dialami oleh umat Islam saja. Oleh karena itu gerakan untuk mengubah keadaan dalam bentuk perbaikan dan pemerataan ekonomi perlu dilakukan. Perbaikan tersebut harus dilaksanakan dengan berpegang pada prinsip keadilan. Sesungguhnya hal ini tidak akan terjadi jika ada kesadaran untuk mengusahakannya, karena usaha mengubah nasib dan merupakan tanggung jawab setiap orang untuk meningkatkan kesejahteraan diri, keluarga dan bangsanya. Sebagaimana dilukiskan dalam firman Allah QS Ar-Rad 11 Artinya “bagi manusia ada malaikat-malaikat yang selalu mengikutinya bergiliran, di muka dan di belakangnya, mereka menjaganya atas perintah Allah[767]. Sesungguhnya Allah tidak merobah Keadaan sesuatu kaum sehingga mereka merobah keadaan[768] yang ada pada diri mereka sendiri. dan apabila Allah menghendaki keburukan terhadap sesuatu kaum, Maka tak ada yang dapat menolaknya; dan sekali-kali tak ada pelindung bagi mereka selain Dia.” Salah satu modal awal dalam menumbuhkanekonomi yang kuat adalah menebarkan semangat dan mental entrepreneur. Dalam masyarakat pada umumnya terkondisi secara kultur untuk menjadi seorang pegawai. Wacana kehidupan dalam format pegawai, orang upahan, dan suruhan telah berkembang sejak lama. Dalam hal ini bukan berarti menjadi pegawai itu kurang baik daripada menjadi wirausahawan. Dunia usahapun tidak akan bergerak jika tidak ada pegawai-pegawai. Akan tetapi yang harus ditumbuhkan adalah mental dan jiwa wirausaha agar tercipta kemandirian sebuah bangsa. Peran pengusaha Islam dalam upaya pemerataan ekonomi tentu sangatlah diharapkan, bahkan mustinya mampu menjadi aktor pembangunan ekonomi mengingat penduduk Indonesia yang didominasi oleh umat Islam. Ditambah dengan rujukan QS 1311 bahwa kegiatan tersebut merupakan suatu bentuk ibadah bagi seorang muslim. Peningkatan sektor bisnis demi memberantas kemiskinan adalah kegiatan bernilai ibadah sosial, dan kewajiban yang menyangkut nilai dan bobot keagamaan seseorang. Islam dan Kewirausahaan Dalam pandangan Islam, bekerja dan berusaha, termasuk berwirausaha dapat dikatakan merupakanbagian tak terpisahkan dari kehidupan manusia karena keberadaannya sebagai khalîfahfî al-’ardh dimaksudkan untuk memakmurkan bumi dan membawanya ke arah yang lebih baik. Posisi bekerja dalam Islam sebagai kewajiban kedua setelah shalat. Oleh karena itu apabila dilakukan dengan ikhlas maka bekerja itu bernilai ibadah dan mendapat pahala. Bekerja tidak saja menghidupi diri sendiri, tetapi juga menghidupi orang-orang yang ada dalam tanggungan dan bahkan bila sudah berkecukupan dapat memberikan sebagian dari hasil kerja untuk menolong orang lain yang memerlukan. Berusaha dalam bidang bisnis dan perdagangan adalah usaha kerja keras. Dalam kerja keras itu, tersembunyi kepuasan batin yang tidak dinikmati oleh profesi lain. Dunia bisnis mengutamakan prestasi lebih dulu, baru kemudian prestise, bukan sebaliknya. Prestasi dimulai dengan kerja keras dalam semua bidang. Bekerja keras merupakan hal yang penting dari kewirausahaan. Prinsip kerja keras dalam kewirausahaan merupakan langkah nyata yang harus dilakukan agar dapat menghasilkan kesuksesan, tetapi harus melalui proses yang penuh dengan tantangan atau risiko. Teladan dari Rasulullah saw yang juga merupakan seorang wirausaha dapat dijadikan aset yang sangat berharga dalam konsep kewirausahaan yang berbasis syariah. Nilai-nilai kejujuran shiddîq, amânah dapat dipercaya, fathânah kecerdasan, tablîg komunikatif merupakan pilar utama yang harus dimiliki oleh seorang wirausaha. Sebagai pelaku bisnis dan juga rasul, Nabi Muhammad saw tak henti-hentinya menghimbau umatnya untuk berwirausaha guna mencari rezeki Allah yang halal. Islam mengajarkan bahwa rezeki tidak ditunggu tapi dicari bahkan dijemput. Allah menurunkan rezeki sesuai dengan usaha yang dilakukan manusia sesuai prinsip bisnis universal, yaitu amanah dan terpercaya, di samping mengetahui dan memiliki keterampilan bisnis yang baik dan benar. Oleh karena itu seberapa besar manusia mencurahkan pikiran dan tenaga, sebesar itu pula curahan rezeki yang dikaruniakan Allah Swt. Berbisnis Dengan Motivasi Ibadah Syariat Islam memandang penting kekayaan untuk dapat mendukung pelaksanaan ketentuan-ketentuan Allah Swt. Setidaknya terdapat dua rukun Islam yang mensyaratkan kemampuan ekonomi yang cukup, yakni kewajiban melaksanakan zakat dan ibadah haji. Lebih lanjut Rasululah saw menyatakan dengan sabdanya “kaada a-faqru an yakuuna kufran” yakni kemiskinan bisa membawa orang kepada kekufuran. Berarti bahwa kemiskinan bisa menjadi ancaman terhadap iman, bahkan dalam banyak kasus seorang muslim berpindah keyakinan karena alasan kebutuhan ekonomi. Oleh sebab itu, sudah seharusnya dari sekarang kita tanamkan dalam diri kita sebagai seorang muslim untuk bangkit memerangi kemiskinan yang masih menimpa banyak saudara kita, umat Islam. Umat Islam dan pelaku bisnis seharusnya bersyukur atas sebab Rasulullah membekali umat Islam untuk menghadapi perbedaan. Beliau menegaskan bahwa perbedaan itu adalah rahmat, apabila pandai dan arif menangani perbedaan itu. Islam juga mengajarkan agar perbedaan dan kemajemukan dikembangkan sebagai pendorong untuk melaksanakan perbuatan baik bagi sesama, serta berulang kali mengajarkan untuk br-fastabiqul khairah, berlomba-lomba untuk berbuat kebaikan, termasuk berkompetisi dalam bisnis secara sehat untuk mencapai kesejahteraan dunia maupun kebahagiaan akhirat. Motivasi yang diajarkan oleh Islam adalah semangat untuk beribadah dengan sungguh-sungguh dan bekerja keras untuk mencari ridha Allah Swt. Melalui kerja keras inilah umat Islam akan mampu menempuh kehidupan dengan bekal kekuatan yang mantab. Sedangkan berdiam diri akan menjerumuskan kepada titik lemah dan ketidak berdayaan. Islam senantiasa mengajak penganutnya untuk senantiasa bergairah, optimis dalam menjalani hidup, bukan menjadi makhluk yang lemah dan miskin. Sebab Islam juga merupakan agama yang berorientasi pada masa depan, yakni kejayaan di dunia dan di akhirat. Sebagaimana firman Allah Swt QS al-Kahfi 7-8 berikut ini Artinya “Sesungguhnya Kami telah menjadikan apa yang di bumi sebagai perhiasan baginya, agar Kami menguji mereka siapakah di antara mereka yang terbaik perbuatannya 7 dan Sesungguhnya Kami benar-benar akan menjadikan pula apa yang di atasnya menjadi tanah rata lagi tandus eight.” Ayat tersebut menunjukkan kepada manusia bahwa bumi ini hanya sebagai tempat bagi manusia-manusia terbaiknya untuk mencari dan mengembangkan fasilitas ibadah dan amaliah, manusia dipersilakan untuk mengeksplorasi bumi dan isinya guna kepentingan ibadah, seperti kejayaan diri, keluarga, negara dan umat manusia pada umumnya. Setiap orang yang tidak mau memanfaatkan waktu dan kesempatan akan merugi. Islam melarang orang yang menuruti angan-angannya yang kosong, bercita-cita tanpa disertai dengan usaha. Adapun demikian, Islam juga melarang orang yang bekerja keras untuk merealisasikan cita-cita namun melupakan adanya Allah Swt. Islam mengajak setiap manusia untuk ikhlas menyerahkan diri kepada Allah dan bekerja dengan baik. Keselarasan dalam menjalankan tanggung jawab demi kejayaan di dunia, ketenangan di alam kubur dan kenikmatan di akhirat itulah yang menjadi cita-cita dalam tuntunan Islam. Motivasi ibadah untuk meraih ridha Allah ini dapat dijadikan dorongan untuk membangkitkan jiwa kewirausahaan karena menumbuhkan jiwa kewirausahaan merupakan “pintu gerbang” dalam membentuk dan menumbuhkan pribadi ulet, tanggung jawab, dan berkualitas yang bermuara pada terwujudnya kompetensi kerja. Oleh karena itu, kalau memperhatikan dinamika kehidupan sekarang yang kian kompetitif, maka dituntut untuk cerdas dalam menciptakan ruang yang kondusif bagi tumbuhnya spirit entrepreneurship. Kesimpulan Motivasi ibadah untuk meraih ridho Allah dengan jalan bisnis dapat dijadikan dorongan untuk membangkitkan jiwa-jiwa bisnis dan kewirausahaan, sebab menumbuhkan jiwa kewirausahaan merupakan awal dalam membentuk dan menciptakan pribadi yang ulet, tanggung jawab dan berkualitas hingga akhirnya dapat bermuara pada terwujudnya kompetensi kerja. Dalam konteks kewirausahaan, agama akan mempengaruhi sikap dan perilaku wirausaha melalui penciptaan nilai, menjalankan kegiatan bisnis dengan lebih menekankan pada moral dan etika bisnis. Beberapa studi sebelumnya menyatakan bahwa, ketika religiusitas individu mampu berperan sebagai faktor-faktor yang membedakan dengan individu yang lain, maka itu akan menimbulkan konsekuensi dari perbedaan dalam pencapaian kinerja. Bahwa ketika bisnis dimulai dan ditujukan berdasarkan semangat beribadah maka hasil yang didapatkan bukan hanya berwujud keuntungan materiil semata, melainkan juga keuntungan yang bisa dinikmati pada tingkatan kehidupan yang abadi, yakni di akhirat kelak. EKONOMI ISLAM DAN CHARACTER BUILDING H. Nur Kholis, [email protected] Prolog Urgensi Character Building Beberapa waktu terakhir ini, halaman utama media cetak dan berita utama berbagai media elektronik di Indonesia dihiasi oleh berita yang terkait dengan korupsi pejabat, suap menyuap, pencucian uang, penggelapan uang nasabah depository financial institution, tindak kekerasan, dan lain-lain yang menunjukkan betapa memprihatinkannya kondisi karakter bangsa. Bahkan menurut Kemendagri, antara tahun 2004-2017 terdapat 392 Kepala daerah tersangkut hukum, jumlah terbesar adalah korupsi sejumlah 313 kasus Sendi-sendi kehidupan kebangsaan, kemasyarakatan, sosial, ekonomi, politik, hukum dan budaya tengah berada pada situasi yang sangat membahayakan kemanusiaan dan keberlangsungan kehidupan manusia yang adil dan beradab. Ini semua akibat dari perilaku-perilaku manusia yang tidak bermoral yang menunjukkan nihilnya karakter dalam dirinya. Menurut Erie Sudewo, faktor tidak memiliki karakter merupakan penyebab utama terjadinya berbagai perilaku tidak terpuji manusia, baik yang berpangkat maupun tidak berpangkat Erie Sudewo, 2011. Manusia yang memiliki karakter kuat tidak akan mudah tergoda. Mereka akan konsisten dengan kebenaran dan nilai-nilai luhur yang dipegangnya. Tapi begitulah kenyataannya, banyak yang dulu meneriakkan anti KKN, tetapi begitu masuk dalam sistem dan menikmati jabatan dan uang, ternyata mereka menjadi bagian dari jaringan KKN itu sendiri. Kenyataan yang demikian itu, menunjukkan bahwa untuk menjadikan bangsa ini adil makmur dan sejahtera, dibutuhkan SDI yang berkarakter yang pada akhirnya menjadi karakter bangsa, yaitu sekumpulan dari karakter-karakter individu dalam sebuah negara. Untuk membangun karakter bangsa, memang tidaklah semudah membalik telapak tangan, tetapi bukan berarti tidak mungkin dan tidak bisa. Harus ada ikhtiar yang terus menerus dalam berbagai lini dan aspek kehidupan. Praktik Ekonomi Islam sebagai Media Character Building Di antara ikhtiar yang mungkin dilakukan adalah membangun karakter bangsa melalui aspek kehidupan berekonomi. Hal ini didasari fakta bahwa faktor ekonomi seringkali menjadi faktor utama perilaku manusia menjadi tidak bermoral dan tidak berkarakter. Misalnya kasus korupsi pejabat yang banyak terjadi akhir-akhir ini juga didasari motif ekonomi khususnya uang yaitu untuk memperkaya diri, keluarga dan kelompoknya. Kasus suap menyuap juga dilandasi motif ekonomi yaitu untuk mendapatkan uang yang lebih banyak lagi. Kasus pencucian uang juga didorong oleh motif ekonomi yaitu untuk menghilangkan jejak pencurian uang dan korupsi uang yang dilakukannya. Penggelapan uang nasabah depository financial institution juga dilandasi motif ekonomi dengan menyalahgunkaan wewenang dan akses untuk memperkaya diri sendiri dengan cara mencuri uang nasabah, dan lain-lain. Itu semua menunjukkan bahwa penting sekali membangun karakter bangsa dari aspek perilaku berekonomi. Dalam hal berekonomi, sejak tahun 1990-an telah dimulai praktik ekonomi Islam terutama di sektor keuangan yaitu dengan berdirinya Depository financial institution Syariah pertama di Republic of indonesia Banking company Muamalat. Perkembangan selanjutnya hingga kini sangat menggembirakan, bahkan saat ini surface area praktik ekonomi Islam semakin meluas, baik sektor keuangan maupun sektor riil. Selain bank Syariah, telah hadir asuransi Syariah, pasar modal Syariah, pegadaian Syariah, reksadana Syariah, sukuk, leasing Syariah, venture Syariah, bisnis Syariah hotel Syariah, kuliner berbasis Syariah, wisata Syariah, desa wisata Syariah, wisata religi, dan lain-lain. Semua kegiatan ekonomi yang berdasarkan Syariah tersebut, merupakan aktivitas ekonomi yang berkarakter dan bermoral, karena landasan aktifitas yang mendasari aktifitas ekonomi tersebut merupakan nilai-nilai yang bersumberkan dari ajaran Islam yang sarat dengan moral. Oleh karena itu, dapat dinyatakan bahwa praktik ekonomi Islam dapat menjadi media yang efektif bagi pembentukan karakter bangsa. Ekonomi Islam telah memberikan panduan yang jelas dalam bertransaksi agar menghasilkan transaksi yang halal dan tayyib. Ekonomi Islam juga telah menggariskan jenis-jenis transaksi yang dilarang dalam transaksi bisnis di sektor riil yaitu 1 Membuat dan menjual barang-barang yang najis, seperti bangkai, babi, anjing, arak, tahi, kencing dan lain-lain. 2 Membuat barang-barang yang tidak bermanfaat dalam Islam membawa kepada mafsadat dan maksiat atau yang mendatangkan kelalaian hingga menyebabkan seseorang individu itu lupa untuk beribadah kepada Allah. three,4,5 Transaksi yang mengandung unsur riba, gharar, perjudian half dozen Bay madum 7 Melakukan penipuan dalam transaksi. 8 Membeli di atas belian orang lain. ix Melakukan penimbunan ihtikar , dan lain-lain Humaisy dan al-Husein Syawat, 2001 . Bahkan ekonomi Islam menentukan kualifikasi transaksi ekonomi yang dianggap mengandung cacat yang dapat mengakibatkan batalnya kontrak dan transaksi yang dilakukan. Terdapat kontrak-kontrak tertentu yang mungkin menerima pembatalan. Hal itu disebabkan karena beberapa faktor, yaitu adanya beberapa cacat yang bisa menghilangkan keridaaan atau kehendak sebagian pihak uyub al-taradi aw uyub al-iradah . Maka pada saat itu pihak yang dirugikan berhak membatalkan akad. Dengan berbagai ketentuan ekonomi Islam yang harus dijadikan guidance dalam transaksi ekonomi, pelaku ekonomi sektor riil akan terjaga untuk melakukan aktivitas bisnis tercela, sehingga ketika pelaku bisnis itu menerapkan secara sungguh semua ketentuan ekonomi Islam tersebut akan terjaga karakternya, sehingga di sini dapat dikatakan bahwa praktik ekonomi Islam berkontribusi besar dalam membangun karakter bangsa melalui membangun karakter pelaku ekonomi. Sedangkan dalam ranah ekonomi sektor keuangan dapat dicermati dari berbagai ketentuan ekonomi Islam yang juga mengikat praktik ekonomi Islam. Misalnya larangan perdagangan utang debt trading dan perilaku spekulasi maysir yang marak dilakukan oleh lembaga-lembaga keuangan Amerika dan Eropa. Dalam teori keuangan Islam, tidak dibolehkan membayar utang dengan utang dan memperjualbelikan utang bay’ al-dain . Hal ini untuk mencegah terjadinya ketidakmampuan membayar default oleh debitur yang bersangkutan yang dapat berujung pada kepailitan bankcruptcy . Dalam hukum ekonomi Islam, ada beberapa jenis transaksi yang tidak dibolehkan antara lain yaitu riba , ta ghrir , maysir , tadlis . Larangan terhadap riba sudah jelas dengan diharamkannya berbagai bentuk bunga pinjaman. Larangan ini bukan hanya didasarkan pada larangan mengeksploitasi pihak yang membutuhkan kredit, tetapi lebih kepada terciptanya iklim ekonomi yang lebih adil dengan bergeraknya sektor riil, bukan hanya sektor keuangan. Kalau sebagian besar orang merasa lebih nyaman mendapatkan uang dengan bunga, maka sektor riil tentu tidak bergerak. Akibatnya perdagangan barang dan jasa jadi terhambat dan ekonomi masyarakat memburuk dan mengundang terjadinya krisis. Penutup Dengan demikian, jika berbagai ketentuan ekonomi Islam yang harus dijadikan guidance dalam transaksi ekonomi di sektor riil maupun keuangan itu dipatuhi oleh semua pelaku ekonomi, maka pelaku ekonomi tidak akan terjerumus untuk melakukan aktivitas ekonomi dan keuangan yang tercela, sehingga ketika pelaku ekonomi dan keuangan itu menerapkan secara sungguh semua ketentuan ekonomi Islam tersebut akan terjaga karakternya, sehingga di sini dapat dinyatakan bahwa praktik ekonomi Islam dalam berbagai aspek dan bidangnya dapat menjadi media yang berkontribusi besar dalam grapheme building bangsa Indonesia melalui membangun karakter pelaku ekonomi baik di sektor riil maupun sektor keuangan. Untuk itu, mari terus kita galakkan praktik ekonomi Islam dalam semua aspek kehidupan ekonomi agar terwujud manusia Indonesia berkarakter yang menunjang tercapainya negara Indonesia yang adil dan sejahtera, baldatun thayyibatun wa rabbun ghafur. Ibadah Kurban dan Kemandirian Ekonomi Umat Oleh Tulasmi, SEI., MEI Setiap tahun umat Islam diseluruh dunia merayakan hari raya Idul Adha. Hari Raya Idul Adha yang dilaksanakan pada tanggal 10 Dzulhijjah dalam penanggalan hijriyah setiap tahunnya ini pastilah identik dengan pelaksanaan ibadah haji dan penyembelihan hewan kurban. Ibadah haji adalah salah satu rukun Islam yang wajib dilaksanakan oleh umat Islam, tentunya yang memiliki kemampuan baik secara fisik maupun kemampuan finansial. Sedangkan penyembelihan hewan kurban juga merupakan salah satu ibadah bagi umat Islam dalam rangka meningkatkan ketakwaan kepada Allah SWT. Meskipun terdapat perbedaan pendapat ulama mengenai status hukum ibadah kurban ini, antara wajib-bagi orang yang memiliki kelapangan rizki-atau sunnah muakkad sunnah yang dikuatkan/ ditekankan. Namun pelaksanaan ibadah kurban di Indonesia setiap tahunnya menjadi salah satu calendar yang ditunggu-tunggu baik dari sisi pekurban maupun dari sisi orang-orang yang berhak menerima daging hasil sembelihan hewan kurban tersebut. Hari raya Idul Adha adalah adalah hari raya yang dapat mencerminkan sisi ketakwaan kepada Allah SWT hablum minallah sekaligus akan melatih seorang muslim pada sisi sosial kemanusiaannya hablum minannas. Hikmah Ibadah Kurban Ibadah kurban merupakan salah satu ibadah yang disyariatkan kepada setiap muslim dengan syarat dan rukun yang sudah ditentukan ibadah mahdah. Pelaksanaan ibadah kurban merupakan salah satu upaya bagi seorang muslim untuk mendekatkan diri kepada Allah SWT dan mengikuti ajaran Rasulullah SAW. Ibadah kurban memiliki beberapa hikmah yang dapat diambil oleh seorang muslim Meneladani dan mengikuti ajaran Nabi Ibrahim alaihissalam secara khusus dan juga mengikuti sunnah yang dicontohkan Nabi Muhammad SAW. Nabi Ibrahim alaihissalam yang menerima perintah dari Allah SWT, untuk menyembelih anaknya. Dan dengan kehendak Allah SWT anak tersebut digantikan dengan hewan sembelihan yang lain. Allah SWT berfirman فَلَمَّا بَلَغَ مَعَهُ السَّعْيَ قَالَ يَا بُنَيَّ إِنِّي أَرَى فِي الْمَنَامِ أَنِّي أَذْبَحُكَ فَانْظُرْ مَاذَا تَرَى قَالَ يَا أَبَتِ افْعَلْ مَا تُؤْمَرُ سَتَجِدُنِي إِنْ شَاءَ اللَّهُ مِنَ الصَّابِرِينَ١٠٢ فَلَمَّا أَسْلَمَا وَتَلَّهُ لِلْجَبِينِ١٠٣ وَنَادَيْنَاهُ أَنْ يَا إِبْرَاهِيمُ١٠٤ قَدْ صَدَّقْتَ الرُّؤْيَا إِنَّا كَذَلِكَ نَجْزِي الْمُحْسِنِينَ١٠٥ إِنَّ هَذَا لَهُوَ الْبَلَاءُ الْمُبِينُ١٠٦ وَفَدَيْنَاهُ بِذِبْحٍ عَظِيمٍ١٠٧ [الصافات 102-107] Yang artinya “Maka tatkala anak itu sampai pada umur sanggup berusaha bersama-sama Ibrahim, Ibrahim berkata, Hai anakku, sesungguhnya aku melihat dalam mimpi bahwa aku menyembelihmu, maka fikirkanlah apa pendapatmu!’ Ia menjawab, Hai ayahku, kerjakanlah apa yang diperintahkan kepadamu, insya Allah kamu akan mendapatiku termasuk orang-orang yang sabar’. Tatkala keduanya telah berserah diri dan Ibrahim membaringkan anaknya di atas pelipisnya, nyatalah kesabaran keduanya. Dan Kami panggillah dia, Hai Ibrahim, sesungguhnya kamu telah mebenarkan mimpi itu’, sesungguhnya demikianlah Kami memberi balasan kepada orang-orang yang berbuat baik. Sesungguhnya ini benar-benar suatu ujian yang nyata. Dan Kami tebus anak itu dengan seekor sembelihan yang besar.” 102-107 Mewujudkan rasa syukur kepada Allah SWT yang telah melimpahkan karunia dan nikmat bagi seorang muslim. Wujud rasa syukur seorang muslim dapat diwujudkan setidaknya dalam iii bentuk. Pertama bersyukur dalam hati. Wujud syukur ini dengan menyadari dan meyakini sepenuhnya bahwa setiap nikmat yang kita terima semata-mata adalah karena kehendak Allah SWT. Kedua yaitu bentuk syukur melalui lisannya, misalnya dengan mengucapkan “alhamdulillahirabbil alamin”. Ketiga adalah wujud syukur dalam bentuk perbuatan. Rasa syukur yang diwujudkan dalam bentuk perbuatan adalah dengan mempergunakan nikmat yang telah diberikan Allah tersebut pada jalan kebaikan dan diridhoi-Nya. Maka, bagi seorang muslim yang menjadi pekurban ia tengah berusaha mewujudkan rasa syukurnya dalam bentuk perbuatan yaitu melaksanakan kebaikan yang diperintahkan oleh Allah SWT. Melatih seorang muslim untuk ikhlas. Setiap ibadah yang dilakukan oleh seorang muslim tentunya diupayakan mencapai derajat ikhlas tanpa mengharapkan imbalan atau pamrih apapun kecuali hanya mengharap balasan dari Allah SWT. Ibadah kurban yang dilakukan dengan penyembelihan hewan kurban dan merelakan sebagian hartanya untuk membeli hewan sembelihan Memiliki kepekaan secara sosial kepada sesama. Daging hasil sembelihan hewan kurban dapat dimanfaatkan atau dimakan oleh shohibul qurban maupun disedekahkan kepada orang yang membutuhkan. Tentunya dengan aktivitas ini dapat melatih seorang muslim untuk memiliki kepekaan dan kepedulian secara sosial kepada sesama. Dampak Ibadah Kurban bagi Perekonomian Disisi lain, pelaksanaan ibadah kurban dengan penyembelihan hewan kurban ini baik secara langsung maupun tidak langsung memiliki dampak positif terhadap perputaran roda perekonomian umat. Di Indonesia sendiri, jumlah kebutuhan hewan kurban selalu naik setiap tahunnya. Pada tahun 2018 ini, Kementrian Pertanian memperkirakan kebutuhan hewan kurban untuk Hari Raya Idul Adha 1438 Hijiyah mencapai 1,5 juta ekor. Angka tersebut terdiri dari 4 jenis hewan kurban yang biasa disembelih oleh masyarakat muslim di Indonesia. Yaitu, s‎api sebanyak ekor, k‎erbau sebanyak ekor, k‎ambing sebanyak ekor, dan domba sebanyak ekor. Dengan jumlah tersebut, jika kita menghitung rata-rata harga satu ekor sapi dan kerbau Rp 15 juta, dan harga satu ekor kambing dan domba Rp 3 juta, maka jumlah rupiah yang berputar dalam sekali pelaksanaan ibadah kurban mencapai kurang lebih Rp 10 triliun. Jumlah angka yang tentunya memiliki nilai ekonomis dalam perputaran roda perekonomian Indonesia. Kebutuhan hewan kurban yang cukup besar tersebut tentunya harus didukung dengan penyediaan hewan kurban oleh peternak. Peluang inilah yang saat ini telah mulai digarap oleh peternak secara mandiri maupun yang diinisiasi oleh beberapa lembaga zakat di Indonesia. Lembaga-lembaga zakat berupaya melaksanakan program yang bermuara pada satu rantai lingkaran distribusi hewan kurban. Pelaksanaan program tersebut diupayakan dapat mendorong sisi fundraising maupun sisi penyalurannya dana ZIS-nya dalam satu programme sekaligus. Di sisi fundraising lembaga zakat menerima donasi dan penyaluran hewan kurban dari para pekurban. Sedangkan di sisi penyaluran dana ZIS, lembaga zakat melaksanakan plan penyaluran ZIS produktif. Melalui program penyaluran ZIS produktif, lembaga zakat berupaya melakukan pemberdayaan mustahik. Salah satunya dengan mendorong dan melakukan pembinaan serta pendampingan bagi mustahik untuk memelihara hewan ternak yang ditujukan untuk memenuhi kebutuhan hewan kurban. Di satu sisi lembaga zakat dapat melaksanakan program penyaluran dana ZIS-nya melalui pemberdayaan mustahik. Dan disisi lainnya, lembaga zakat akan memiliki stok kebutuhan hewan kurban, yang diperlukan pada saat pelaksanaan ibadah kurban yang dipercayakan oleh pekurban kepadanya. Dengan pola seperti ini, ibadah kurban selain memiliki dimensi peningkatan ketakwaan secara private bagi seorang muslim, menunjukkan kepedulian sosial terhadap sesama manusia dan juga tentunya akan memiliki dampak positif terhadap peningkatan kesejahteraan umat. Dengan pengelolaan yang baik atas rantai distribusi kebutuhan hewan kurban diharapkan akan mampu menjadi salah satu roda penggerak kegiatan ekonomi masyarakat. Yang pada akhirnya bersama-sama dengan instrumen ekonomi Islam yang lain akan membentuk kemandirian ekonomi umat Islam khususnya dan perekonomian negara pada umumnya. Wallahu a’lam bish shawwab. Ekonomi Kebahagiaan dan Ekonomi Islam Rakhmawati, Belum banyak yang mengetahui bahwa tanggal 20 Maret telah ditetapkan sebagai International Happiness Day oleh PBB sejak tahun 2012. Semua orang pasti setuju bahwa kebahagiaan merupakan hal utama yang ingin diraih. Dengan mengukur kebahagiaan, negara dapat terhindar dari “happiness traps”. Happiness traps telah terjadi di United states dimana Produk Nasional Bruto terus meningkat namun kebahagiaan stagnan bahkan menurun Beseiso, 2016. Pertumbuhan ekonomi memang menentukan tingkat kemajuan suatu bangsa, namun pemerintah perlu memperhatikan hal lain dalam usaha menyejahterakan rakyatnya. Sejahtera dalam arti yang sesungguhnya, bahagia, sejahtera lahir dan batin. Dunia dikejutkan di pertengahan tahun 2017 dengan berita bunuh diri seorang vokalis grup band ternama Linkin Park. Ini membuktikan bahwa ketenaran dan uang yang berlimpah tidak dapat membeli kebahagiaan. Tentu saja hal ini tidak membuat uang menjadi unsur yang tidak penting dalam menentukan kebahagiaan. Angka bunuh diri tertinggi di tahun 2017 terdapat di negara Lithuania. Faktor utama dari tingginya angka bunuh diri di negara tersebut adalah adanya krisis ekonomi, pengangguran, dan multiplier effect lainnya. Di tahap awal, manusia memerlukan materi untuk mendapatkan kenyamanan dan memenuhi kebutuhan dasar. Setelah kebutuhan dasar terpenuhi, pentingnya uang dalam memenuhi kebahagiaan semakin menurun perannya. Suatu penelitian menyebutkan terdapat keterkaitan antara pendapatan dengan kebahagiaan di negara-negara berkembang namun tidak untuk negara maju. Ekonomi kebahagiaan menyoroti variabel kebahagiaan sebagai tujuan utama manusia. Ekonomi kebahagiaan mengkombinasikan teknik para ekonom dan psikolog dalam mempelajari kesejahteraan. Studi oleh Easterlin 1974 tercatat sebagai pionir di bidang ini. Berdasarkan analisis data cross section negara-negara di dunia, disimpulkan bahwa peningkatan pendapatan tidak diikuti dengan peningkatan kebahagiaan. Fenomena ini disebut sebagai Easterlin Paradox. Easterlin Paradox kebanyakan terjadi di negara-negara maju. Setiap negara memiliki tantangan untuk mewujudkan kesejahteraan. Produk Domestik Bruto PDB telah menjadi tolak ukur kemajuan perekonomian suatu negara selama puluhan tahun. Namun demikian, para ekonom telah menekankan sejak diperkenalkannya PDB di tahun 1930-an untuk tidak menjadikan PDB indikator kesejahteraan secara umum. Tingginya pertumbuhan PDB dalam jangka panjang tidak memberikan solusi bagi masalah kemiskinan karena PDB memberikan gambaran aktivitas perekonomian namun tidak dapat mengukur economic well-being Costanza, Hart, Talberth, & Posner, 2009. Sejak tahun 1970-an, ukuran kesejahteraan untuk melengkapi PDB mulai digunakan. antara lain Indeks Pembangungan Manusia, Green GDP, Index of Social Progress, dan Index Well-Being termasuk di dalamnya kebahagiaan. Ekonom Islam juga telah mengembangkan index well-being dengan didasarkan pada nilai-nilai Islam seperti Islamic Homo Development Index Hendrieanto, 2009 dan Islamic alphabetize of Wellbeing Batchelor, 2006. Sebagai negara yang menempati peringkat atas dalam hal kebahagiaan, Bhutan memiliki GDP yang sangat rendah dibandingkan negara-negara lain. Hal ini menjadi salah satu motivasi negara Bhutan untuk menjadikan kebahagiaan sebagai isu penting di tingkat global. Bhutan merupakan negara yang pertama kali melakukan pengukuran kebahagiaan secara nasional dengan ukuran yang disebut Gross National Happiness GNH di tahun 1972. GNH Kingdom of bhutan dikenal secara internasional setelah munculnya tulisan “Gross National Happiness is more than important than the Gross Domestic Production” di Financial Times pada tahun 1986. Bank Dunia merilis World Happiness Report pertama kali pada tahun 2012. Di Republic of indonesia, Badan Pusat Statistik BPS menyusun indeks kebahagiaan mulai tahun 2014 berdasarkan Survey Pengukuran Tingkat Kebahagiaan SPTK. Berbagai survey di tingkat nasional maupun global telah memasukkan pertanyaan mengenai kebahagiaan dengan konsep self-reported happiness. Sebutlah survey World Values Survey WVS, General Values Survey GVS, dan Indonesian Family Life Survey IFLS. Kebahagiaan sangat berperan dalam menciptakan masyarakat yang baik dan merupakan summum bonum menurut Aristoteles. Kebahagiaan sangat berhubungan dengan konsep utilitas dalam ekonomi dan dapat menjadi proksi bagi utilitas yang seringkali tidak dapat diukur secara eksplisit. Jika dapat diukur secara akurat, atau paling tidak mendekati, kebahagiaan adalah variabel alami bagi ekonom untuk dimodelkan karena maksimisasi utilitas adalah ide sentral dalam ekonomi. Ada beberapa teori dalam ekonomi kebahagiaan mengenai faktor seseorang dapat bahagia. Studi empiris pun telah banyak dilakukan untuk mengetahui signifikansi hal-hal yang dianggap berperan dalam menciptakan kebahagiaan. Sumber kebahagiaan setiap orang pasti berbeda satu dengan lainnya. ada yang bahagia karena uang melimpah, kekuasaan, ketenaran, dan lain sebagainya. Pertanyaannya, apakah kebahagiaan yang bersumber dari hal duniawi tersebut akan stabil, akan terus membuat bahagia? Ekonomi Kebahagiaan dalam Islam Berbeda dengan Ekonomi Konvensional, perihal kebahagiaan telah mendapat posisi yang penting dalam Ekonomi Islam serta memiliki nilai moral dan filosofis yang dalam Abde & Salih, 2015. Dalam Ekonomi Islam terdapat konsep Falah yang merupakan tujuan hidup. Falah berasal dari kata aflaha-yuflihu. Falah merupakan kebahagiaan dunia dan akhirat Misanam, Suseno, & Hendrieanto, 2012. Menurut Akram Khan dalam bukunya An Introduction to Islamic Economics, “Its verbal course aflah,, yuflihu ways to thrive; to go happy; to accept good luck or success; to exist successful.” Mungkin bisa kita katakan bahwa Ekonomi Islam telah memiliki bahasan mengenai Ekonomi Kebahagiaan dengan konsep Falah-nya. Khan 1994 menyebutkan tiga unsur falah yang masing-masing dapat dipilah menjadi aspek makro dan mikro Khan, 1994. Tabel 1 Aspek Mikro dan Aspek Makro dalam Falah Unsur Falah Aspek Mikro Aspek Makro Kelangsungan Hidup biologi, ekonomi, sosial, politk Kesehatan, kebebasan keturunan, dsb Kepemilikan faktor produksi Persaudaraan dan harmoni hubungan sosial Kebebabasn dalam partisipasi politik Keseimbangan ekologi dan lingkungan Pengelolaan sumber daya alam Penyediaan kesempatan berusaha untuk semua penduduk Kebersamaan sosial, ketiadaan konflik antarkelompok Kebebasan berkeinginan Terbebas dari kemiskinan Kemandirian hidup Penyediaaan sumber daya untuk seluruh penduduk dan untuk generasi yang akan datang Kekuatan dan harga diri Harga diri Kemerdekaan, perlindungan terhadap hidup dan kehormatan Kekuatan ekonomi dan kebebasan dari utang Kekuatan milier Sumber Khan 1994 Studi empiris ekonomi kebahagiaan telah banyak dilakukan baik di negara Barat maupun negara Timur. Faktor yang diteliti-pun bermacam-macam meliputi aspek ekonomi, kesehatan, hubungan interpersonal, dan politik. Helliwell, Layard, & Sachs 2017 menganalisis perbedaan kebahagiaan antar negara dan disimpulkan bahwa GDP per kapita, dukungan sosial, kesehatan, kebebasan menentukan pilihan, kemurahan hati, persepsi terhadap korupsi, serta positive dan negative affect adalah faktor yang mempengaruhi kebahagiaan. Positive affect merupakan perasaan kebahagiaan, tawa, dan kesenangan. Sedangkan negative affect adalah kekhawatiran, kesedihan, dan kemarahan. Lane 2017 menganalisis arah hubungan perilaku interpersonal dan perilaku individu terhadap kebahagiaan. Hasilnya terdapat dampak kausal yang positif antara trust terhadap kebahagiaan jangka pendek maupun jangka panjang. Bixter 2015 menggunakan data Full general Social Survey 2012 dan World Values Survey 2005 dan mengonfirmasi studi sebelumnya yang mengatakan bahwa kebahagiaan berkorelasi positif dengan political conservatism dan religiusitas. Ott 2011 melakukan analisis terhadap 130 negara mengenai Good Governance dan kebahagiaan. Good governance meningkatkan level kebahagiaan dan kesetaraan kebahagiaan. Salah satu aspek proficient governance adalah efektivitas pemerintahan yang dapat diukur dengan kualitas pelayanan publik. Menurut Frey & Stutzer 2000, faktor kebahagiaan dapat dikelompokkan menjadi tiga yaitu one faktor kepribadian dan demografi, ii faktor makro dan mikro, dan 3 kondisi institusi atau konstitusi di perekonomian dan masyarakat. Jika kita lihat, variabel-variabel yang digunakan dalam studi tersebut dapat dikawinkan dengan unsur-unsur falah. Namun demikian, sepertinya belum ada studi empiris mengenai faktor kebahagiaan/falah dalam literatur Ekonomi Islam. Studi yang paling mendekati dengan Ekonomi Kebahagiaan adalah yang berkaitan dengan perhitungan Index wellbeing. Batchelor 2016 misalnya, studi ini menghitung index yang disebut sebagai IIW Islamic Index of Well-being negara-negara berpenduduk mayoritas muslim. Faktor apa yang signifikan terhadap wellbeing belum menjadi cakupan studinya. Beseiso 2016 menjelaskan dalam tataran konsep, mengenai peran keuangan dan perbankan syariah memiliki dalam ekonomi kebahagiaan, bagaimana agar Bank Sentral memiliki peran efektif dalam pencapaian man wellbeing kebahagiaan. Penutup Penilaian kesejahteraan dalam arti sesungguhnya, yakni sejahtera lahir dan batin/kebahagiaan perlu dijadikan isu penting agar tidak terjebak dalam unsur materi/uang semata. Piramida kebahagiaan yang terdiri atas tujuh belas tujuan Sustainable Development Goal SDG dan unsur-unsur falah dapat dijadikan pijakan dalam menentukan variabel-variabel yang perlu dilibatkan.
GAIBdalam definisi arab adalah segala sesuatu yang sifat nya berlawanan dengan yang tampak (zahir). Sehingga definisi ini kemudian lebih ditujukan Facebook. Email or phone: Seperti layaknya manusia, malaikat pun diciptakan untuk beribadah kepada Allah SWT. Malaikat ada hanya untuk mengabdi kepada Allah. Tak pernah sekali pun malaikat
12+ Cara Cepat Untuk Memahami Segala Sesuatu Yang Ghaib Hendaknya Dilandasi Dengan Terkini. Untuk memahami segala sesuatu yang gaib hendaknya dilandasi dengan. Terhadapnya maka munculah generasi yang tidak memahami aqidah yang lurus. 'segala suatu harus masuk akal' nampak sebagai sebuah postulat yang benar yang bahkan bagi sebagian fihak nampak tidak bisa diganggu Bagi kalian yang sudah belajar namun belum bisa juga mendapatkan. Untuk memahami segala sesuatu yang gaib hendaknya dilandasi dengan Memahami Segala Sesuatu Yang Gaib Hendaknya Dilandasi Manusia Telah Diberi Kamu Yang Menginginkan Mendapatkan Memahami Segala Sesuatu Yang Gaib Hendaknya Dilandasi Memahami Segala Sesuatu Yang Gaib Hendaknya Dilandasi Dengan Manusia Telah Diberi dari 12+ Cara Cepat Untuk Memahami Segala Sesuatu Yang Ghaib Hendaknya Dilandasi Dengan Terkini. Yang dimaksud dengan yang gaib ialah sesuatu yang tidak diketahui hakikat yang sebenarnya, seperti akhirat, surga dan neraka. Untuk memahami segala sesuatu yang gaib hendaknya dilandasi dengan a. Kalian yang mendapatkan kesulitan persoalan tentang untuk. Untuk memahami segala sesuatu yang gaib hendaknya dilandasi dengan a. 'segala suatu harus masuk akal' nampak sebagai sebuah postulat yang benar yang bahkan bagi sebagian fihak nampak tidak bisa diganggu Untuk memahami segala sesuatu yang gaib hendaknya dilandasi dengan. Untuk Memahami Segala Sesuatu Yang Gaib Hendaknya Dilandasi Dengan. Untuk Memahami Segala Sesuatu Yang Gaib Hendaknya Dilandasi Dengan A. Sekalipun Manusia Telah Diberi Allah. Kesimpulan dari 12+ Cara Cepat Untuk Memahami Segala Sesuatu Yang Ghaib Hendaknya Dilandasi Dengan Terkini. Yang dimaksud dengan yang gaib ialah sesuatu yang tidak diketahui hakikat yang sebenarnya, seperti akhirat, surga dan neraka.
Bacaprosedur mereka tentang pembayaran dan penarikan, dan metode apa yang mereka gunakan untuk semua transaksi ini, dan jenis perlindungan yang mana yang mereka miliki di tempat. Tanyakan pada pemasok aplikasi mereka, dan tidak mengeluarkan apa pun, Anda juga tidak menginginkan penyesalan di kemudian hari dalam pertandingan Agen Slot Game. 2.
11+ Tips Memahami Segala Sesuatu Yang Gaib Hendaknya Dilandasi Dengan Terbaru. Menggunakan rezeki itu hanya untuk kepentingan diri sendiri jawaban Tujuannya untuk dapat meningkatkan keberhasilan dalam mempelajari ilmu ghaib. Memohon pinjaman kepada malaikat sebab kesuciannya. Untuk memahami segala sesuatu yang gaib hendaknya dilandasi dengan a. Untuk memahami segala sesuatu yang gaib hendaknya dilandasi dengan a. Keyakinan bahwa rezeki itu diatur oleh allah swt. Untuk memahami segala sesuatu yang gaib hendaknya dilandasi dengan a. Malaikatkan menolong insan yang taat. Malaikatkan menolong insan yang Dengan Yakin Kepada Keenam Hal Itu Disebut Arkanul Iman Atau Rukun Memahami Segala Sesuatu Yang Gaib Hendaknya Dilandasi Pinjaman Kepada Malaikat Sebab Artinya Dalam Islam Menurut Segi dari 11+ Tips Memahami Segala Sesuatu Yang Gaib Hendaknya Dilandasi Dengan Terbaru. Sebutan untuk orang yang percaya dengan yakin atas arkanul iman itu disebut mukmin. Mempelajari ilmu gaib khususnya yang bersifat magis, orang yang bersangkutan harus. Tujuannya untuk dapat meningkatkan keberhasilan dalam mempelajari ilmu ghaib. Memohon Pinjaman Kepada Malaikat Sebab Kesuciannya. Iman Artinya Dalam Islam Menurut Segi Istilah.
ketikabebas malahan menjadi tidak sehat akibat penyakit yang didapatnya selama pembinaan di Lapas. Buku terali Jiwa yang ditulis oleh H. Ahmad Heryawan, Lc dan dr. H. Hanny Ronosulistyo, Sp.OG (K

Pujisyukur kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa atas segala limpahan rahmat, inayah, taufik dan hinayahNya sehingga saya dapat menyelesaikan penyusunan makalah "Implementasi Sila Pertama Pancasila terhadap Nilai-Nilai Pendidikan" ini dalam bentuk maupun isinya yang sederhana.Semoga makalah ini dapat digunakan sebagai salah satu acuan, petunjuk maupun pedoman bagi pembaca dalam meningkatkan

Translationsin context of "UNTUK MEMPELAJARI SEGALA SESUATU YANG" in indonesian-english. HERE are many translated example sentences containing "UNTUK MEMPELAJARI SEGALA SESUATU YANG" - indonesian-english translations and search engine for indonesian translations.
Sesuatuyang berbau horror dan ghaib tak jarang menarik perhatian banyak orang. Tak jarang acara televisi pun menyajikan program misteri atau horror dunia ghaib di dalamnya, begitu juga industri hiburan lainnya seperti film pun tak jarang menyertakan genre horror di dalamnya untuk menarik banyak para penonton untuk melihatnya. Para penggemar sesuatu yang horror dari masa ke masa tentu tak pernah
Dariperistiwa itulah muncul ide keris pengantin dengan hiasan untaian bunga mawar dan melati. Tosan aji atau senjata pusaka seperti tombak, keris dan lain-lain itu bisa menimbulkan rasa keberanian yang luar biasa kepada pemilik atau pembawanya. Orang menyebut itu sebagai piyandel, penambah kepercayaan diri, bahkan keris pusaka atau tombak
Untukmemahami segala sesuatu yang ghaib, b. Binatang hendaknya dilandasi dengan Binatang hendaknya dilandasi dengan c. p>Bersyukur kepada Allah Swt. dengan cara menggunakan rezeki itu untuk hal-hal yang diridhai-Nya Tags: Question 2 . SURVEY . Ungraded . 30 seconds . Report an issue . Q. Untuk memahami segala sesuatu yang ghaib, hendaknya dilandasi dengan answer choices Dengan meyakini bahwa malaikat ada yang baik ada yang jahat
KESADARANSPIRITUAL Apakah yang dimaksud dengan KESADARAN SPIRITUAL ? Kenapa kesadaran sangat penting untuk kita? Kenapa banyak praktisi Spiritual yang membahas soal Kesadaran ini? Dan bagaimana
.